Bisnis.com, PADANG - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat (Sumbar), menilai maraknya fenomena lesbian gay biseksual dan transgender (LGBT) hari ini salah satu dipicu oleh sifat permisif atau serba membolehkan sesuatu di tengah masyarakat.
"Sekarang kalau melihat fenomena ini orang kerap membiarkan saja asalkan pelakunya bukan keluarga sendiri, sikap seperti ini membuat LGBT tumbuh subur," kata Ketua MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar di Padang, Selasa (24/4/2018).
Menurutnya hal itu diperparah oleh penghalusan istilah dengan menyebut perilaku tersebut adalah orientasi seksual yang berbeda.
"Dalam Islam jelas ini bukan berbeda, tapi penyimpangan dan jelas larangannya," ujar dia.
Akibatnya, sikap ketidaksenangan terhadap hal itu menurun, sementara kalau ingin mencegahnya, maka salah satu yang harus dilakukan adalah semua pihak harus sepakat LGBT adalah perilaku mungkar, jelasnya.
Baca Juga Kim Min Seo Umumkan Pernikahan |
---|
Ia menilai kesepakatan itu harus jadi program bersama semua pemangku kepentingan mulai dari eksekutif, legislatif hingga semua masyarakat.
"Satpol PP tidak akan bisa mengawasi itu 24 jam, karena itu masyarakat harus punya kesadaran dan bersepakat menolak LGBT secara sosial di tingkat tataran terendah seperti kelurahan hingga nagari" katanya.
Gusrizal mengelompokkan pelaku LGBT menjadi tiga kategori yaitu mereka yang memandang itu sebagai ideologi atau jalan hidup, para korban dan mereka yang berpeluang jadi korban.
"Para pelaku ideologis sebaiknya harus diumumkan secara terang-terangan agar tidak jatuh korban baru," lanjutnya.
Ia mengakui dalam dunia medis itu adalah rahasia dan bisa melanggar kode etik, namun siapa yang menyebar kemudharatan kepada umat dan bisa membahayakan maka itu harus disebarluaskan sebagai bagian pencegahan.
"Orang-orang yang secara ideologis ini k emana-mana bergerak, mengembangkan perilakunya, masyarakat tidak bisa diam saja membiarkannya," ujarnya.
Picu HIV
Sebelumnya, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Perhimpunan Konselor VCT dan HIV AIDS Indonesia di Sumbar menemukan perilaku lesbian gay biseksual transgender (LGBT) khususnya hubungan seksual antara sesama laki-laki menjadi pemicu HIV tertinggi di Sumbar.
"Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Kesehatan terdapat 10.376 kasus HIV baru pada periode Januari sampai Maret 2018 dengan persentasi lelaki suka lelaki sebesar 28 persen," ujar konselor Perhimpunan Konselor VCT dan HIV/AIDS Indonesia, Sumbar, Khaterina Welong.
Ia memperkirakan saat ini jumlah lelaki penyuka sesama jenis di Sumbar 14.469 orang, jumlah waria 2.501 orang dengan perkiraan pelanggan 2,5 kali lipat.
Artinya kalau pelanggan waria adalah bapak-bapak maka masuk kategori laki-laki suka laki-laki dengan demikian total pria penyuka sesama jenis diperkirakan mencapai 20 ribu orang, jelas dia.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan perlu diklarifikasi bahwa data yang disampaikan tersebut baru estimasi, bukan angka yang sebenarnya.
"Sumbar dikenal dengan daerah agama yang menolak keras LGBT, namun di sini ternyata ada ini menjadi persoalan tersendiri,” ujarnya.
Ia mengajak semua pihak serius menyikapinya tanpa kecuali harus bahu membau terlibat termasuk para orangtua.