Bisnis.com, JAKARTA -- Ancaman konsumsi tembakau di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Beberapa studi klinis membuktikan bahwa merokok mengakibatkan penyakit kardiovaskular dan meningkatkan kejadian jantung koroner.
Mengenai konsumsi tembakau di Indonesia, Ketua III Yayasan Jantung Indonesia dan Ketua Harian Komnas Pengendalian Tembakau Laksmiati A. Hanafiah mengemukakan kedaruratan atau ancaman bahaya tembakau sebenarnya sudah sering diinformasikan kepada masyarakat.
Namun, kesadaran dan kepedulian terhadap hal ini sampai saat ini masih dirasa kurang.
Hal ini terbukti dengan makin tingginya konsumsi tembakau di kalangan perokok muda, perokok baru sebagai dampak maraknya iklan gaya hidup dari kalangan industri rokok yang menyesatkan seperti "merokok itu keren".
“Yang menyedihkan adalah sebagian besar perokok sekitar 70% berasal dari keluarga miskin dan usia produktif, seharusnya uang yang digunakan untuk membeli rokok bisa dialokasikan untuk membeli makanan dan minuman," ujarnya, seperti dikutip Bisnis, Sabtu (23/6/2018).
Laksmiati menambahkan fenomena yang ditemukan yaitu masih murahnya harga rokok di Indonesia sehingga mendorong tingginya konsumsi rokok.
"Karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan konsumsi rokok adalah dengan meningkatkan harga produk ini," tuturnya.
Menurut Laksmiati, pengendalian konsumsi tembakau harus dilakukan secara holistik dan terintegrasi, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Pendidikan tentang bahaya tembakau dapat dimulai dari keluarga, sekolah dan komunitas-komunitas untuk membantu menghindari munculnya generasi penerus konsumen zat adiktif ini.