Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah dunia yang bising dan penuh polemik, ketahanan emosional merupakan hal yang sangat diperlukan. Namun sayangnya, tidak semua orang memilikinya.
Karena itu ada baiknya kita mempelajari dan mengembangkan karakteristik orang yang tangguh secara emosional. Berikut ciri-cirinya dilansir Psychologytoday.com:
- Mengatur diri sendiri dan menetapkan batasan
Orang yang tangguh secara emosional memisahkan dirinya dengan pergumulan atau masalah yang sedang dialaminya. Memang, pengalaman hidup yang buruk mempengaruhi kehidupannya, tetapi dia tidak membiarkan pengalaman itu mengambil alih kendali hidupnya.
Dia mampu mengatur respons emosional terhadap stres dan belajar untuk menerima kenyataan terhadap peristiwa yang ada di luar kendalinya. Orang seperti ini juga tidak berupaya untuk mengubah keadaan yang tidak sesuai dengan kemampuannya.
- Mempertahankan teman atau lingkungan yang baik
Bagi orang-orang yang tangguh, orang-orang baik dan penuh dukungan adalah anugerah yang harus dipertahankan. Baginya, orang-orang ini bisa menjadi pendukung dan sumber inspirasi dalam kehidupan.
Dukungan sosial dari orang-orang yang tepat biasanya membentuk karakter dan emosi yang kuat juga.
- Menumbuhkan kesadaran diri
Emosi yang tangguh ditandai dengan kebijaksanaan. Orang yang memiliki emosi yang tangguh berupaya menumbuhkan kesadaran diri terhadap kondisi psikologisnya.
Dia mengenal perasaan dan pikirannya, sehingga dia mengetahui kapan waktunya untuk bertindak, misalnya untuk meminta pertolongan, untuk diam, atau untuk memberi respons emosional yang tepat terhadap sesuatu.
- Melatih diri untuk menerima kenyataan
Saat mengalami stres atau situasi yang tidak diinginkan, banyak orang yang ingin lari dari kenyataan. Namun, orang yang tangguh menyadari bahwa stres dan rasa sakit adalah bagian dari pasang surut kehidupan. Itu bagian dari kenyataan kehidupan yang harus diterima daripada diabaikan atau ditolak.
Menerima kenyataan bukan berarti menyerah dan membiarkan stres mengambil alih, tetapi mengizinkan diri menyaksikan dan mengalami berbagai emosi. Kemudian setelah itu akan tumbuh rasa percaya diri untuk bangkit kembali.
- Tidak menghakimi diri sendiri
Banyak orang yang menghakimi dan menuduh dirinya sendiri ketika hal buruk terjadi. Orang yang tangguh secara emosional tidak membiarkan dirinya melakukan itu.
Dia menyadari bahwa gangguan sementara yang memicu stres dan penderitaan merupakan faktor eksternal yang terkadang ada di luar kendali manusia.
Untuk tidak menghakimi dan menghukum diri sendiri di kala stres memang tidak mudah, memerlukan latihan dan kemauan.
- Mencari makna dari sebuah peristiwa
Saat terjadi sebuah peristiwa yang tidak menyenangkan, orang yang tangguh menjadikannya sebagai peluang untuk belajar dan bertumbuh. Dia mampu mengubah stres atau persoalan hidup menjadi pelajaran berharga yang membawanya menjadi sosok yang lebih baik dan tangguh.
- Memiliki kebiasaan untuk merawat diri sendiri
Orang yang tahan banting secara emosional memiliki kebiasaan positif yang menjadi sumber pendukung mereka ketika dibutuhkan. Kebiasaan itu ibarat daya yang selalu dilatih agar sewaktu-waktu ketika diperlukan dapat digunakan. Adapun kebiasaan tersebut seperti olahraga, meditasi, menulis jurnal rasa syukur setiap hari.
- Melatih cara pandang yang positif dan optimis
Pandangan yang optimis bukan berarti selalu tersenyum dan berpura-pura kuat, tetapi berupaya untuk melihat segala sesuatu dengan pandangan positif. Dengan pandangan yang positif dia bisa melihat sisi lain dari sebuah persoalan dan masalah.
- Menghibur diri dengan membayangkan akhir dari masalah
Tidak ada yang bisa memprediksi masa depan dan orang yang emosinya stabil sangat memahami hal ini. Saat persoalan hidup melanda, mereka akan berusaha meredam kekhawatiran tentang masa depan dengan membayangkan akhir dari segala persoalan itu. Bahwa segala sesuatunya akan berlalu dan kehidupan mungkin saja akan berubah menjadi lebih baik.
- Tidak mempertanyakan keadaan
Ketika stres atau penderitaan datang, orang yang emosinya tangguh tidak membiarkan dirinya untuk bertanya, “mengapa hal ini terjadi pada saya?”, “apa kesalahan saya?”, “Mengapa hidup tidak adil dan aku dihukum seperti ini?”
Dia tahu bahwa mempertanyakan keadaan tidak akan menyelesaikan masalah, justru memperkeruh keadaan.