Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga Michael Jackson meradang dan mengecam film dokumenter 'Leaving Neverland' yang mengungkap dugaan pelecehan seksual Michael Jackson terhadap anak. Pihak keluarga menyebut film tersebut sebagai pembunuhan karakter dan membela pelantun 'Black or White' tersebut sepenuhnya tidak bersalah.
Dilansir dari Reuters, Selasa (29/1/2019), kecaman tersebut menyusul pemutaran perdana 'Leaving Neverland' di Sundance Film Festival, Jumat lalu. Dalam dokumenter itu, Wade Robson dan James Safechuck, dua orang pria yang saat ini berusia 30-an tahun, mengaku mereka berteman dengan Jackson dan dilecehkan secara seksual olehnya mulai dari ketika mereka berusia 7 dan 10 tahun.
Film dokumenter tersebut mendapat tepuk tangan meriah di Sundance dan rencananya akan ditampilkan pada saluran TV kabel, HBO, dan Britain's Channel 4 pada musim semi ini.
Baca Juga The Audrey Brow ala Meghan Markle |
---|
Keluarga Jackson menyatakan kemarahannya kepada media, yang tanpa sedikit pun bukti atau bukti fisik, memilih untuk mempercayai kata-kata Wade Robson dan James Safechuck yang disebut sebagai pembohong.
"Kami tidak bisa hanya diam saat hukuman mati tanpa pengadilan ini berlangsung," demikian pernyataan keluarga Jackson.
Jackson, yang meninggal pada 2009, pernah dibebaskan di pengadilan pidana di California pada 2005 atas tuduhan pelecehan seksual lainnya terhadap seorang bocah lelaki berusia 13 tahun di peternakan Neverland-nya.
Baik Robson dan Safechuck mengajukan tuntutan hukum terhadap estat Jackson dengan tuduhan pelanggaran seksual setelah kematian penyanyi itu dan kedua kasus tersebut dibatalkan. Robson pernah bersaksi di persidangan Jackson pada 2005.
Estat Michael Jackson juga mengkritik 'Leaving Neverland' dan menyebutnya sebagai klaim satu pihak serta tidak memiliki suara independen.
Sementara itu, sutradara 'Leaving Neverland', Dan Reed mengatakan, dia tidak meragukan validitas cerita Robson dan Safechuck.
"Jika ada sesuatu yang kita pelajari selama ini dalam sejarah kita, adalah bahwa pelecehan seksual itu rumit, dan suara korban perlu didengarkan," katanya dalam sebuah pernyataan awal bulan ini.