Bisnis.com, JAKARTA -- Kebiasaan masyarakat Indonesia yang doyan makan dan senang mencoba jenis makanan baru membuat potensi bisnis kuliner begitu menggiurkan. Apalagi saat ini, kuliner menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar pada ekonomi kreatif.
Pada 2016, subsektor kuliner berhasil memberikan kontribusi sebesar Rp382 triliun atau 41,4% sekaligus menjadi penyumbang terbesar pada Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif.
Tak heran bila banyak pihak yang berbondong-bondong mencoba peruntungan dengan membuka usaha kuliner, mulai dari artis, pejabat, hingga masyarakat biasa. Mereka pun dapat dengan mudah mempromosikan bisinisnya melalui media sosial seperti instragam atau youtube.
Namun, sayangnya, sering kali bisnis kuliner yang dijalankan tersebut hanya booming sesaat atau terpaksa harus gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan usaha lainnya. Jika pun tetap bertahan, sulit untuk bisa berkembang.
Sebut saja bisnis warung tenda para artis yang sempat booming pada saat krisis moneter di tahun 1997 hingga 1998. Atau bisnis kue kekinian para artis yang nyatanya pun hanya mampu bertahan dalam waktu yang begitu singkat.
Hanya segelintir pengusaha kuliner yang pada akhirnya bisa tetap bertahan dan bertumbuh bahkan usahanya terbilang sukses, baik dari sisi brand maupun dari sisi pendapatan dan pembukaan cabang-cabang baru hingga mendapatkan suntikan pendapatan dari para investor.
Kondisi ini sejalan dengan survey yang dilakukan oleh Foodiz, platform edukasi online dan offline pengusaha kuliner, yang menemukan bahwa 90% pengusaha kuliner Indonesia bangkrut dan tidak mampu bertahan. Hanya 10% yang berhasil menjalakan bisnisnya selama 5 tahun dan perkembang secara signifikan.
Andrew Sinaga Pamungkas, CEO Foodizz mengatakan bahwa banyak dari pengusaha kuliner yang terjun ke bisnis tetapi tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Sebab, nyatanya, bisnis kuliner tersebut bukan hanya tentang menu makanan yang lezat saja, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu pengetahuan bisnis yang cukup, jaringan bisnis yang luas, dan akses permodalan yang memadai.
Namun, hal paling utama yang harus benar-benar dikuasai adalah pengetahuan yang memadai, terutama mengenai business model yang akan dijalankan.
Jika hal tersebut sudah miliki, maka dapat dijabarkan ke dalam berbagai hal. Mulai dari manajemen keuangan, standardisasi operasional perusahaan (SOP), melakukan berbagai inovasi dalam menghadapi persangan, hingga target bisnis ke depan.
“Mengupgrade pengetahuan tentang bisnis itu sangat penting dilakukan oleh para pebisnis kuliner. Jika pengetahuannya sudah bagus dan memadai, maka dia harus memperluas jaringan, serta bisa mengajukan permohonan pendanaan baik kepada pemerintah maupun investor,” ujarnya.
Menurutnya, selama ini para investor sangat berhati-hati dan sulit memberikan investasinya kepada para pelaku UMKM karena kurangnya pengetahuan yang mereka miliki ketika bertemu dengan para investor.
“Selama ini, para pelaku UMKM lebih banyak membahas produk ketika bertemu investor. Padahal, bagi para investor yang penting itu model bisnisnya bukan produknya. Karena itu kita perlu kuatkan knowledge nya dulu baru kemudian network, dan mendapatkan funding,” terangnya.
Untuk itulah, Foodizz hadir sebagai platform edukasi untuk para pebisnis kuliner dengan menyediakan pengalaman belajar online to offline untuk komunitas belajar. Sejak didirikan pada 5 Januari 2019, Foodiz kini sudah memiliki lebih dari 18.000 anggota komunitas, yang 90% diantaranya merupakan pengusaha kuliner yang memiliki 1 hingga 3 gerai.
Andrew berharap Foodizz bisa menjadi platform edukasi nomer satu yang bisa memberikan pelayanan dan fasilitas terbaik kepada para pebisnis kuliner yang saat ini jumlahnya mencapai 5,6 juta orang di seluruh Indonesia.
Saat ini terdapat sekitar 10 edukator atau mentor yang siap berbagi ilmu dan pengalaman kepada para pelaku usaha kuliner. Targetnya akhir tahun bisa mencapai 50 educator yang terdiri dari praktisi bisnis, financial expert, food safety expert, hingga pelaku bisnis.
Salah satu trainer yang bergabung dalam Foodiz adalah Rex Marindo CEO Cita Rasa Prima (CRP) Group, pemilik jaringan restoran Warunk Upnormal dan Baso Boedjangan. Rex mengatakan bahwa pengetahuan menjadi hal yang paling penting dalam mengembangkan bisnis.
“Agar bisnis kuliner yang kita jalankan dapat berkembang, yang terpenting bukan hanya tahu cara masak yang enak, tetapi juga harus diupgrade pengetahuannya,” ujarnya.