Bisnis.com, JAKARTA - Bermula dari kepopuleran Kanye West memboyong brand Nike Yeezy, banyak orang mempercayai kalau influencer adalah daya tarik untuk membuat suatu brand terkenal.
Di Indonesia, brand lokal streetwear melekat dalam diri influencer Atta Halilintar melalui produk-produknya dengan brand AHHA.
Kepopuleran Atta Halilintar melalui vlog youtubenya dan pemasukkannya dari brand tersebut menjadikan mitos menggandeng influencer adalah cara yang efektif untuk 'menjual produk'.
Mengomentari hal tersebut Gabriella Sheena selaku CEO & Founder Gabster Fashion Consultan yang banyak bekerjasama dengan brand streetwear lokal menegaskan hal ini tak selamanya efektif.
Salah satu produk brand streetwear lokal Untold/Instagram Untold
"Sebenarnya kerjasama sama influencer itu salah satu strategi yang bisa dilakukan. Tapi kita harus pinter aja memilih influencer-nya," tegas wanita yang akrab dipanggil Sheena tersebut saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan pada Kamis (1/8/2019) malam.
Ia menjelaskan dampak penggunaan influencer tidak akan selalu sama jika dihubungkan dengan penjualan produk. Memilih influencer untuk brand streetwear sendiri diperlukan penelitian dan kriteria khusus. Namun andaikata memiliki satu influencer untuk beberapa brand streetwear pun tidak menjamin penjualan lantas meningkat.
"Kita harus pinter-pinter melihat pasar, pinter-pinter ngeliat target market kita siapa, untuk mendapatkan pemakaian influencer yang tepat," tegasnya.
Selain, menggunakan influencer, kolaborasi menurut Sheena adalah salah satu strategi efektif yang bisa dilakukan untuk mendongkrak penjualan.
"Kolaborasi itu tren yang penting banget sih untuk fashion industry di zaman sekarang, dan kolaborasi bukan sekedar sama influencer atau brand lain. Tapi juga AQUA misalnya kolaborasi sama brand fashion, itu bisa aja. Kolaborasi itu super terbuka sekarang," tutupnya.