Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah merebaknya pandemi virus Corona (COVID-19), masyarakat juga harus waspada akan wabah demam berdarah dengue (DBD).
Sebab, jumlah kasusnya terus melonjak dengan jumlah kematian yang cukup besar.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, hingga 15 Maret 2020, jumlah kasus DBD telah tercatat lebih dari 25ribu kasus dan telah merenggut 164 jiwa.
Kasus DBD ini pun terus meningkat setiap tahunnya, menurut catatan Kementerian Kesehatan terdapat 110.921 DBD di Indonesia pada 2019, meningkat dibandingkan 2018 dengan jumlah kasus sebanyak 65.602 kasus.
Sementara itu, WHO mencatat setiap tahun tercatat sebanyak 500.000 orang membutuhkan perawatan akibat terinfeksi virus Dengue dan 20.000 orang di antaranya meninggal dunia. WHO juga menyatakan bahwa Amerika Latin, Asia Tenggara dan Pasifik Barat adalah area dengan tingkat penyebaran kasus DBD tertinggi.
Virus Dengue ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Setelah melalui masa inkubasi virus selama 4-10 hari, maka nyamuk yang terinfeksi dapat menyebarkan virus ini seumur hidupnya. Sedangkan bagi pasien, pada umumnya infeksi terjadi 4-5 hari (maksimum 12 hari) setelah ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Adapun gejala infeksi demam berdarah dengue hampir mirip dengan virus corona yaitu demam tinggi mendadak, sakit kepala, mual dan muntah berkepanjangan, mudah lelah, gelisah, muka memerah, dan terkadang diikuti sakit tenggorokan, dan adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh penderita.
Baca Juga Sumba Tengah Serius Tangani DBD |
---|
Berbeda dengan virus corona yang penyebarannya dari orang ke orang dan menjadi pandemic, DBD sendiri merupakan penyakit berbasis lingkungan yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan banyak ditemukan saat musim hujan sebab nyamuk akan menetaskan telurnya di air.
Perubahan iklim seperti hujan yang diselingi panas hingga beberapa hari membuat nyamuk Aedes aegypti leluasa berkembangbiak karena nyamuk ini suka hidup pada daerah dengan kelembaban tinggi dan cuaca yang cukup hangat.
Ada perubahan perilaku nyamuk Aedes aegypti yang dahulunya menggigit hanya pagi dan sore hari kini bisa menggigit saat malam hari hingga subuh serta berkembangbiak diatas ketinggian 1.000 mdpl yang sebelumnya tidak pernah terjadi.
Baca Juga DBD: Tiga Warga Sumsel Meninggal Dunia |
---|
Hingga saat ini, DBD pun belum ada obatnya, sehingga cara efektif dalam memberantas penyakit ini hanya dengan menjaga kebersihan lingkungan melalui gerakan 3M Plus dan memberikan perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk yang kini sudah hidup di luar rumah atau di luar ruangan.
Salah satu bentuk perlindungan diri dari gigitan nyamuk adalah dengan mengoleskan lotion antinyamuk.
Louis Sumantadiredja, Product Manager Soffell mengatakan pihaknya akan terus berinovasi menciptakan produksi yang dapat bermanfaat dan mampu melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk dalam jangka waktu yang lebih panjang hingga 8 jam.
Selain itu, pihaknya juga menghadirkan varian terbaru dengan menggunakan bahan alami, yang menggunakan ekstrak daun, Cymbopogon atau serai sehingga lebih nyaman untuk dipakai di kulit.