Bisnis.com, JAKARTA - Para ahli mempertimbangkan untuk menyingkirkan perokok sebagai kelompok rentan terinfeksi virus corona.
Dikutip Bisnis dari Daily Mail, studi dari New York University (NYU) Grossman School of Medicine menemukan bahwa hanya 5 persen dari 4.103 pasien virus corona yang diteliti adalah perokok. Jumlah ini jauh lebih kecil dari 15,5 persen perokok di New York City, tempat penelitian dilakukan.
Hasil studi ini juga didukung penelitian di China yang menunjukkan bahwa perokok sebenarnya berisiko lebih kecil untuk tertular infeksi. Oleh karena itu, penggunaan tembakau atau rokok telah disisihkan sebagai faktor risiko potensial bagi pasien virus corona di negara tersebut.
Tim ahli dari Wuhan bingung mengapa hal ini dapat terjadi. Mereka pun tengah melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengklarifikasi hasil studi ini.
Sebab sebelumnya para ahli menilai perokok menghadapi risiko yang lebih besar terinfeksi virus corona karena rambut-rambut kecil di dalam saluran udara dan paru-paru, yang membantu memindahkan patogen dan lendir, sering rusak oleh bahan kimia beracun dalam asap rokok.
Sebelumnya WHO mengatakan 300 juta orang di China merokok atau kira-kira seperlima dari total populasi di negara itu dan sepertiga dari total dunia. Data dari survei nasional yang dilakukan oleh China pada 2015 menemukan hingga 60 persen pria berusia antara 45 dan 64 tahun merokok.