Bisnis.com, JAKARTA - Apakah etis melakukan uji coba vaksin virus Corona (Covid-19) kepada manusia? Apakah dunia kesehatan pernah melakukan uji coba calon vaksin kepada manusia?
Dalam dunia kesehatan, uji coba vaksin kepada manusia ternyata pernah dilakukan pada penyakit lain, seperti malaria dan kolera. Perbedaannya, penyakit malaria dan kolera memiliki obat, sedangkan Corona belum memiliki obat yang pasti. Maka bisa dibilang, uji coba tanpa pengobatan.
Sebelum uji coba ini dilakukan, Jenner Insititute telah melakukan uji coba pada monyet, rhesus kera di Rocky Mountain Laboratory National Institutes of Health AS di Montana bulan lalu. Hasil yang diperoleh, bahwa monyet tanpa vaksin virus corona jatuh sakit.
Merespon hal tersebut, pendiri nirlaba untuk advokasi ginjal, Josh Morrison mengungkapkan bahwa uji coba kepada monyet telah berhasil. Kini platform 1DaySooner, telah memiliki 7.600 sukarelawan dari 52 negara untuk terlibat dalam uji coba virus Corona.
"Ini adalah situasi yang mengubah kehidupan manusia di seluruh dunia. Jadi saya pikir tindakan luar biasa diperlukan," kata Morrison dilansir dari ABC, Rabu (29/4/2020).
Dokter dan penyiar kesehatan Norman Swan mengatakan bahwa fakta orang-orang yang menyatakan secara sukarela sebagai objek uji coba, menghapus garis etika.
"Orang-orang mengatakan 'kami senang menjadi sukarelawan vaksin virus Corona', jadi etika tersebut lenyap, karena orang-orang akan mengetahuinya dengan pasti bahwa mereka adalah sukarelawan," tuturnya.
Para peneliti sedang merencanakan uji coba vaksi virus corona pada manusia./ilustrasi
Namun perlu diperhatikan, beberapa orang bisa mati dalam percobaan seperti itu, bahkan jika mereka masih muda. Morrison mengamini ada risiko yang ditimbulkan dari setiap uji coba vaksin terhadap tubuh manusia.
"Setiap uji coba ada risiko. Tentu saja kemungkinan kematian akan ada dan hal tersebut adalah sesuatu yang harus ditanggapi dengan sangat serius," imbuhnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa orang yang lebih muda juga bisa mengalami infeksi lebih parah dan meninggal akibat Covid-19. Ahli Epidemiologi WHO Maria van Kerkhove awal April lalu mengatakan di beberapa negara ada beberapa orang berusia 30-an, berusia 40-an, dan berusia 50-an tahun, meninggal di ruang ICU.
Para penulis proposal untuk uji coba vaksin mengatakan bahwa meskipun masih dalam kemungkinan dan belum pasti, tetapi hal tersebut tidak etis. Kenapa tidak etis? Karena ada masyarakat yang ingin mengorbankan tubuhnya sebagai objek uji coba.
Baca Juga : Vaksin Virus Corona Siap Uji Coba di Perth |
---|
Apakah uji coba vaksin pada manusia valid secara ilmiah?
Satu yang dikhawatirkan, mengingat para relawan masih muda dan sehat yakni hasil uji coba tidak akan berlaku di seluruh populasi atau golongan usia. "Jadi intinya di sini adalah bahwa kamu dapat menempatkan banyak orang dalam bahaya, tetapi pengetahuan yang kamu dapatkan tidak begitu berguna," tutur Dr. Swan.
Morrison menilai setidaknya uji coba itu memberikan sinyal awal, meskipun tidak sempurna, bahwa vaksin efektif dan layak untuk diupayakan, setidaknya untuk mengurangi keparahan akibat infeksi virus ini.
Namun, bila uji coba ini berhasil, Kepala Riset Klinis Linear, Jayden Rogers, mengatakan uji coba calon virus corona adalah pertama kali dilakukan pada manusia. Bila uji coba ini berhasil, maka vaksin virus corona bisa menunjukkan potensi yang sangat besar.
Menurutnya, bisa lebih dari 60 vaksin dikembangkan secara global. "Ini adalah salah satu uji coba paling terkemuka di dunia dan melibatkan beberapa perusahaan vaksin paling terkenal," kata Rogers.