Ilustrasi dokter akan menyuntikkan vaksin/istimewa
Health

China Terdepan Kembangkan Vaksin Virus Corona, Ini Efek Sampingnya

Syaiful Millah
Selasa, 26 Mei 2020 - 13:54
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Moderna, perusahaan bioteknologi baru-baru ini mengumumkan kesuksesan uji coba fase pertama untuk vaksin mRNA Covid-19. Selain itu, dua kandidat vaksin lain yang telah menghasilkan data awal menggembirakan juga bersiap masuk ke pengujian manusia fase kedua.

Sebuah artikel baru dari The Lancet mempresentasikan data peer-reveiw dan publikasi pertama dari percobaan manusia fase 1 yang menguji vaksin Covid-19. Vaksin tersebut dinamai Ad5-nCoV yang sedang dikembangkan oleh produsen obat CanSino Biologics dari China.

Uji coba vaksin fase 1 dirancang untuk menyelidiki keamanan pada subyek manusia yang sehat. Kemanjuran vaksin dilacak dengan memeriksa seberapa baik vaksin menstimulasi respons imun tubuh, yang diukur dengan mengawasi level sel-T dan menetralkan antibodi.

“Percobaan menunjukkan bahwa dosis tunggal dari vektor adenovirus tipe 5 Covid-19 (Ad5-nCoV) memproduksi vaksin antibodi spesifik virus dan sel T dalam 14 hari, menjadikannya kandidat potensial untuk penelitian lebih lanjut,” kata Wei Chen dari Beijing Institute of Biotechnology seperti dikutip New Atlas, Selasa (26/5).

Data yang disajikan menghasilkan kabar baik, tetapi ada beberapa tanda peringatan tentang rintangan yang mungkin dihadapi di masa depan. Tiga tingkat dosis diuji dalam percobaan dan mayoritas dari semua subjek mengalami efek samping seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan.

Masalah terbesar yang mungkin dihadapi oleh Ad5-nCoV dalam uji coba fase 2 mendatang adalah ketidakkonsistenan yang terlihat dalam kemampuannya menghasilkan antibodi efektif dan respons imun sel-T.

Vaksin ini menggunakan virus flu biasa yang disebut adenovirus tipe 5, untuk mengirimkan materi genetik yang pada akhirnya melatih sistem kekebalan tubuh untuk menangkal virus SARSCoV-2 penyebab dari penyakit pandemi Covid-19.

Dilaporkan, masalah yang terlihat dalam data awal yang berhasil dikumpulkan adalah subyek dengan tingginya tingkat kekebalan yang sudah ada sebelumnya, tampaknya menunjukkan penurunan respons antibodi dan sel-T yang signifikan terhadap vaksin.

“Studi kami menemukan bahwa kekebalan Ad5 yang sudah ada sebelumnya dapat memperlambat tanggapan kekebalan terhadap SARS-CoV-2 dan juga menurunkan tingkat tanggapan puncaknya, kata Feng-Cai Zhu dari Jiangsu Provincial Center for Disease Control and Prevention.

Ketidakkonsistenan dalam respons sistem kekebalan ini mungkin menjadikan vaksin Ad5-nCoV kurang efektif pada subjek yang lebih tua, karena mereka berpotensi memiliki tingkat kekebalan yang lebih tinggi dari pengobatan umum adenovirus sebelumnya.

vaksin virus corona china memasuki fase tahap 2 uji coba ke manusia
vaksin virus corona china memasuki fase tahap 2 uji coba ke manusia

Hal senada diamini oleh Michael Mina dari T.H Harvard Chan School of Public Health. Dia mengatakan ini adalah masalah umum dengan vaksin yang menggunakan sistem pengiriman adenovirus yang mirip atau serupa.

“Jika Anda telah terjangkit virus atau memiliki kekebalan yang sudah ada sebelumnya, Anda berisiko memiliki tanggapan kekebalan yang condong pada yang lama dan tidak memfokuskan pada aspek baru, yang dalam hal ini akan menjadi protein virus corona yang ditempatkan pada vektor adenovirus,” katanya.

Adapun, vaksin lain yang berkembang ke uji klinis yang lebih maju adalah vaksin dengan nama ChAdOx2 nCoV-19 yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan di University of Oxford.

Vaksin tersebut bergerak melalui tahapan uji coba yang terkompresi dan agak tidak konvensional, setelah memberikan dosis pada lebih dari 1.000 subjek sebagai bagian dari pengujian keamanan dari fase pertamanya.

Sementara, fase kedua dari uji coba Oxford akan merekrut lebih dari 10.000 subjek, yang mencakup demografi lebih luas untuk usia muda dan tua. Fase 2 ini dilakukan untuk menilai keamanan dan respons imun di seluruh bagian populasi.

Sejauh ini, belum ada data dari pengujian manusia terhadap vaksin dari Oxford yang telah diterbitkan. Akan tetapi, sebuah studi pra-cetak baru-baru ini mengungkapkan hasil yang sukses dari studi awal. Vaksin juga menggunakan virus flus biasa sebagai sistem pengiriman utamanya.

“Studi klinis ini mengalami kemajuan yang sangat baik dan kami sekarang sedang memulai studi untuk mengevaluasi seberapa baik vaksin menginduksi respons kekebalan pada orang dewasa yang lebih tua, dan untuk menguji apakah itu dapat memberi perlindungan bagi mereka,” kata Andrew Pollard dari Oxford Vaccine Group.

Tahap pengujian berikutnya untuk vaksin Oxford bergantung pada Covid-19 yang terus menyebar melalui komunitas lokal pada tingkat yang cukup tinggi, guna memastikan kemanjuran dan keamanan penggunaannya.

Para ilmuwan tidak berencana untuk sengaja menginfeksi relawan dengan virus untuk menguji vaksin. Sebagai gantinya, mereka membutuhkan tingkat yang relatif tinggi dari virus untuk menyebar melalui masyarakat untuk mengevaluasi keberhasilan.

Adrian Hill dari Oxford Vaccine Group mengemukakan ironi yang dihadapi para peneliti saat ini adalah bahwa penurunan tingkat penularan komunitas dapat secara signifikan memperlambat kemajuan dalam pengujian vaksin.

“Ini adalah perlombaan melawan virus yang menghilang, semuanya berpacu dengan waktu. Kami mengatakan pada awal tahun bahwa ada peluang 80 persen untuk mengembangkan vaksin pada September. Tetapi saat ini, peluangnya menjadi 50 persen dengan tidak ada hasil sama sekali,” katanya.

Dua vaksin Covid-19 ini bersama dengan vaksin dari Moderna mungkin merupakan pengembangan yang paling maju, tetapi setidaknya ada tujuh vaksin lain yang sedang dalam tahap awal pengujian manusia, dan ada lebih dari 100 vaksin dalam tahap praklinis.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro