Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi virus corona baru atau Covid-19 telah menjangkit lebih dari 7 juta orang di seluruh dunia dan angka infeksinya masih terus bertambah setiap hari, begitu juga dengan jumlah kematian yang kini mencapai lebih dari 400.000 kasus.
Para ilmuwan menyatakan bahwa penyebaran cepat dan masif dari virus SARS-CoV-2 akan terus berlangsung jika vaksin tidak segera ditemukan. Oleh sebab itu, para peneliti terus berupaya mengembangkan vaksin secepat mungkin.
Dalam perkembangan terbaru, raksasa farmasi dari Inggris yakni AstraZeneca yang mengembangkan vaksin dalam kemitraannya dengan University of Oxford menyatakan bahwa mereka sudah berada di jalur yang tepat guna meluncurkan vaksin pada September.
Sementara itu, pengembangan vaksin di Amerika Serikat dilaporkan telah menghasilkan 2 juta dosis vaksin yang siap digunakan setelah proses pemeriksaan keamanan. Tak hanya itu, India juga ikut serta dalam akselerasi pengembangan vaksin di Global Vaccine Summit.
Dilansir dari The India Express, Selasa (9/6/2020) berikut ini adalah pembaruan (update) terbaru terkait pengembangan vaksin Covid-19 yang berlangsung di sejumlah negara di seluruh dunia.
1. Perkembangan vaksin virus Corona (Covid-19) di Inggris
AstraZaneca, raksasa farmasi asal Inggris telah mulai memproduksi secara massal vaksin AZD1222 eksperimentalnya, yang dikembangkan oleh University of Oxford. Perusahaan juga berencana untuk meluncurkan 2 miliar dosis vaksin pada September mendatang.
“Sejauh ini kami masih berada di jalur yang tepat ... kami mulai memproduksi vaksin ini sekarang, dan harus bersiap menggunakannya pada saat hasil [tes klinisnya] keluar,” kata Pascal Soriot, CEO Astra Zeneca kepada BBC.
“Asumsi kami saat ini adalah bahwa kami akan memiliki data [hasil uji klinis] pada akhir musim panas, sekitar bulan Agustus. Jadi pada bulan September, kami harus tahu apakah kami memiliki vaksin yang efektif atau tidak,” imbuhnya.
AstraZeneca mengumumkan pada minggu ini bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), Gavi, dan the Serum Institute of India untuk menggandakan kapasitas produksi.
AFP melaporkan, kemitraan AstraZeneca dengan produsen vaksin India akan membantu proses pasokan dan distribusi vaksin ke sebagian besar negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Adapun, University of Oxford sudah memulai percobaan awal vaksin Covid-19 dengan ratusan sukarelawan pada April lalu, dan kini jumlahnya diperluas menjadi 10.000 peserta. Para peneliti mengumumkan bahwa pada pertengahan Juni mereka juga akan melibatkan tes di Brazil.
2. Update vaksin virus Corona di Australia
University of Queensland, Australia telah bermitra dengan raksasa farmasi CSL untuk memproduksi 100 juta dosis vaksin Covid-19 pada akhir tahun depan. Vaksin yang dikembangkan menggunakan teknologi penjepit molekuler yang inovatif.
Vaksin tersebut telah menunjukkan hasil awal yang menjanjikan di laboratorium. Selanjutnya, pengembangan vaksin yang merupakan hasil kerja sama antara University of Quennsland, CSL, dan CEPI itu bakal memulai uji coba manusia pada bulan depan.
Paul Young, peneliti dari University of Queensland mengatakan 120 orang akan direkrut untuk percobaan pertama, guna menguji keamanan vaksin dan memantau dampaknya pada sistem kekebalan tubuh. Berikutnya sekitar 800-1.000 orang akan mengikuti uji coba vaksin lanjutan.
Teknologi penjepit molekuler yang digunakan untuk mengembangkan jab melibatkan penggunaan backbone dalam vaksin, yang dapat beradaptasi dengan cepat terhadap patogen dengan memasukkan urutan genetik atau protein baru.
Vaksin tersebut dirancang untuk merangsang respons kekebalan dan melindungi orang terhadap pengembangan virus corona baru dan penyakit Covid-19. Dalam uji coba pada manusia, agen pendorong akan ditambahkan dengan tujuan meningkatkan efektivitas vaksin.