Bisnis.com, JAKARTA -- Johnson & Johnson meluncurkan uji coba fase 3 untuk kandidat vaksin virus corona (Covid-19), JNJ-78436735, yang dikembangkan oleh Janssen Pharmaceutical Companies.
Inisiasi uji coba ini menindaklanjuti hasil sementara yang positif dari studi klinis Tahap 1/2a Perusahaan, yang menunjukkan bahwa profil keamanan dan imunogenisitas setelah diberikan vaksinasi tunggal satu suntikan mendukung untuk pengembangan lebih lanjut. Hasil ini telah dikirimkan ke medRxiv dan akan segera dipublikasikan secara online.
Berdasarkan hasil ini dan setelah berdiskusi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan A.S. (FDA), ENSEMBLE akan mendaftarkan hingga 60.000 sukarelawan di tiga benua dan akan mempelajari keamanan dan kemanjuran dosis vaksin tunggal versus plasebo dalam mencegah corona.
Johnson & Johnson terus meningkatkan kapasitas produksinya dan tetap berada di jalur yang tepat untuk memenuhi tujuannya dalam menyediakan satu miliar dosis vaksin setiap tahun.
Perusahaan berkomitmen untuk menghadirkan vaksin yang terjangkau kepada publik secara nirlaba untuk penggunaan darurat selama pandemi dan mengantisipasi batch pertama dari vaksin virus corona akan tersedia untuk otorisasi penggunaan darurat pada awal 2021, jika terbukti aman dan efektif.
Johnson & Johnson akan mengembangkan dan menguji kandidat vaksin virus corona sesuai dengan standar etika yang tinggi dan prinsip ilmiah yang baik. Perusahaan berkomitmen untuk transparansi dan berbagi informasi terkait studi ENSEMBLE Fase 3 termasuk protokol studi.
“Karena COVID-19 terus memengaruhi kehidupan sehari-hari setiap orang di seluruh dunia, tujuan kami tetap sama yaitu memanfaatkan jangkauan global dan inovasi ilmiah perusahaan kami untuk membantu mengakhiri pandemi ini,” jelas Alex Gorsky, Chairman and Chief Executive Officer, Johnson & Johnson, dalam keterangan pers yang diterima Bisnis, Kamis (24/9/2020).
Dalam hal ini, perusahaan akan memanfaatkan pemikiran ilmiah terbaik dan standar keselamatan yang ketat, bekerja sama dengan regulator, untuk mempercepat upaya dalam melawan pandemi ini.
"Tonggak penting ini menunjukkan upaya kami yang fokus pada vaksin virus corona yang dibuat atas dasar kerja sama dan komitmen yang mendalam untuk proses ilmiah yang kuat. Kami berkomitmen untuk transparansi uji klinis dan berbagi informasi terkait studi kami, termasuk detail protokol studi kami," tambahnya.
Sementara itu, Paul Stoffels, Vice Chairman of the Executive Committee and Chief Scientific Officer, Johnson & Johnson mengatakan bahwa pihaknya tetap fokus penuh pada pengembangan vaksin COVID-19 yang sangat dibutuhkan, aman, dan efektif bagi orang-orang di seluruh dunia.
“Kami sangat menghargai kolaborasi dan dukungan dari para mitra ilmiah kami dan otoritas kesehatan global dimana tim ahli global kami juga telah bekerja tanpa kenal lelah untuk upaya pengembangan vaksin dan meningkatkan kapasitas produksi kami dengan tujuan untuk memberikan vaksin bagi otorisasi penggunaan darurat pada awal 2021," tuturnya.
Kandidat vaksin COVID-19 Janssen memanfaatkan teknologi AdVac yang dimiliki Perusahaan, yang juga digunakan untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin Ebola yang telah disetujui Komisi Eropa Janssen dan pembuatan kandidat vaksin Zika, RSV, dan HIV.
Platform teknologi AdVac yang dimiliki Janssen telah digunakan untuk memvaksinasi lebih dari 100.000 orang hingga saat ini di seluruh program vaksin investigasi Janssen.
Dengan teknologi AdVac yang dimiliki Janssen, vaksin ini, apabila berhasil, diperkirakan saat peluncurannya dapat tetap stabil selama dua tahun bila disimpan pada suhu -20 derajat Celcius dan akan tetap stabil pada suhu 2-8 °C untuk jangka waktu selama tiga bulan.
Hal ini membuatnya kompatibel dengan saluran distribusi vaksin standar dan tidak memerlukan infrastruktur baru untuk mendistribusikannya kepada orang-orang yang membutuhkan vaksin tersebut.