Bisnis.com, JAKARTA – Covifor atau remdesivir merupakan obat antivirus yang sedang diteliti karena dianggap dapat mengatasi virus Corona (Covid-19).
Dikutip dari hackensackmeridianhealth.org, remdesivir tidak pernah digunakan untuk pengobatan, tetapi telah diteliti sebagai pengobatan potensial untuk beberapa penyakit.
Awalnya, obat ini dibuat sebagai pengobatan untuk hepatitis. Kemudian, para peneliti menemukan remdesivir efektif melawan sindrom pernapasan akut parah (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Meski demikian, penelitian hanya dilakukan di tabung reaksi dan pada hewan, bukan pada manusia.
Tercatat pada 1 Mei 2020, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah menyetujui obat Remdesivir sebagai obat pertama untuk mengobati virus Covid-19.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa remdesivir sudah digunakan kepada 1.000 pasien rawat inap yang menderita Covid-19 dengan kategori parah dan hasilnya menunjukkan pasien sembuh 31 persen lebih cepat.
Dalam studi yang disponsori National Institutes of Health (NIH), pasien menerima remdesivir selama 10 hari. Di bawah otorisasi penggunaan darurat, tulis studi tersebut, pasien dapat diberikan pengobatan remdesivir selama 5 atau 10 hari, tergantung pada seberapa parah kondisi mereka.
Baca Juga https://market.bisnis.com/read/20201001/192/1299501/tak-dijual-bebas-ini-cara-kerja-antivirus-remdes |
---|
Lebih lanjut, remdesivir diketahui dapat mencegah virus dengan menghasilkan enzim tertentu yang diperlukan virus untuk mereplikasi dirinya sendiri. Selanjutnya, virus tidak lagi dapat menyebar ke dalam tubuh.
Menurut otorisasi penggunaan darurat FDA, hanya pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi parah yang memenuhi syarat untuk diobati dengan remdesivir.
“Kami terus mengevaluasi obat tersebut, tetapi sejauh ini menunjukkan harapan. Terkait virus baru, kami harus melakukan segala yang kami bisa untuk menyelamatkan pasien," kata Ihor Sawczuk, M.D., FACS, Kepala Peneliti dan Presiden Wilayah Utara Kesehatan Meridian Hackensack seperti dikutip Jumat (2/10/2020).
Sementara itu, remdesivir di Indonesia didistribusikan oleh PT Kalbe Farma Tbk dengan harga jual senilai Rp 3 juta per dosis. Emiten berkode KLBF itu mengumumkan kerja sama tersebut dengan menggandeng anak usaha Hetero di Indonesia, PT Amarox Pharma Global. Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan bahwa produk ini sudah didistribusikan ke seluruh jaringan rumah sakit di seluruh Indonesia
Bisnis.com/Rika Anggraeni