Depresi/cadasorg
Health

WHO Tekankan Pentingnya Kesehatan Mental di Tengah Pandemi

Fitri Sartina Dewi
Selasa, 6 Oktober 2020 - 12:06
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 menyebabkan gangguan bahkan menghentikan layanan kesehatan mental kritis di 93 persen negara di seluruh dunia. Hal itu justru terjadi di tengah permintaan untuk layanan kesehatan mental meningkat.

Survei terhadap 130 negara merupakan data global pertama yang menunjukkan dampak buruk Covid-19 pada akses ke layanan kesehatan mental dan menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk peningkatan pendanaan.

Survei tersebut diterbitkan menjelang Acara Besar WHO untuk Kesehatan Mental pada 10 Oktober yang akan mempertemukan para pemimpin dunia, selebriti, dan pendukung untuk menyerukan peningkatan investasi kesehatan mental setelah Covid-19.

WHO sebelumnya telah menyoroti kekurangan dana kronis dari kesehatan mental, sebelum pandemi, negara-negara membelanjakan kurang dari 2 persen dari anggaran kesehatan nasional mereka untuk kesehatan mental, dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan populasi mereka.

Pandemi juga menimbulkan peningkatan permintaan akan layanan kesehatan mental. Duka cita, isolasi, kehilangan pendapatan dan ketakutan memicu kondisi kesehatan mental atau memperburuk kondisi yang sudah ada.

Banyak orang mungkin menghadapi peningkatan konsumsi alkohol dan obat-obatan, insomnia, dan kecemasan. Sedangkan Covid-19 sendiri dapat menyebabkan komplikasi neurologis dan mental, seperti delirium, agitasi, dan stroke.

Orang dengan gangguan mental, neurologis, atau penggunaan zat juga lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2 mereka mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hasil yang parah dan bahkan kematian.

“Kesehatan mental yang baik sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dalam keterangan resmi yang dirilis pada situs resmi WHO, Selasa (6/10/2020).

Dia menyatakan bahwa Covid-19 telah mengganggu layanan kesehatan mental kritis di seluruh dunia tepat pada saat kondisi paling dibutuhkan.

"Para pemimpin dunia harus bergerak cepat dan tegas untuk berinvestasi lebih banyak dalam program kesehatan mental yang menyelamatkan jiwa selama pandemi dan seterusnya," ujarnya.

Survei yang dilakukan antara Juni dan Agustus 2020, mencakup 130 negara, mengevaluasi bagaimana ketentuan layanan kesehatan mental seperti neurologis berubah karena Covid-19, jenis layanan yang terganggu, dan bagaimana negara-negara tersebut beradaptasi.

Temuan juga menunjukkan bahwa konseling dan psikoterapi terganggu di 67 persen negara, 65 persen melaporkan dampak buruk yang kritis berupa pengurangan pelayanan, dan 45 persen pada pengobatan untuk ketergantungan opioid.

Lebih dari sepertiga (35 persen) melaporkan gangguan pada intervensi darurat, termasuk orang yang mengalami kejang yang berkepanjangan, sindrom putus obat yang parah, dan delirium, seringkali merupakan tanda kondisi medis serius yang mendasarinya. Tiga dari sepuluh negara juga melaporkan gangguan akses terhadap pengobatan untuk gangguan mental, neurologis, dan penyalahgunaan zat.

Oleh karena itu, WHO mendesak negara-negara untuk mengalokasikan sumber daya untuk kesehatan mental sebagai komponen integral dari rencana respons dan pemulihan mereka.

Menurut hasil survei, sementara 89 persen negara melaporkan bahwa kesehatan mental dan dukungan psikososial adalah bagian dari rencana tanggapan Covid-19 nasional mereka, hanya 17 persen di antara mereka yang melaporkan memiliki dana tambahan penuh untuk menutupi kegiatan ini.

“Ini semua menyoroti perlunya lebih banyak uang untuk kesehatan mental,” tegas Tedros.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro