Bisnis.com, JAKARTA -- Kiprah dan kreativitas animator Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata sebab tak sedikit diantaranya yang berkarya dan terlibat dalam sejumlah film animasi dunia. Salah satunya adalah Rini Sugianto, yang ikut dalam proyek pengerjaan film The Adventure of Tintin: The Secret of Unicorn, serta Iron Man 3, Avengers : Age of Ultron, hingga Ready Player One yang masuk nominasi piala Oscar 2019.
Sebelum terjun sebagai seorang animator profesional, Rini yang lulusan Academy of Art University, San Francisco memulai karirnya dengan magang di sebuah perusahaan game. Setelah 3 bulan berjalan, Rini kemudian memulai karirnya secara profesional dengan bekerja di Blur Studio yang melahirkan game seperti Dante’s Inferno, Halo, dan lain sebagainya.
Sampai akhirnya pada Agustus 2010, Rini mulai bergabung dengan studio animasi Weta Digital di Selandia Baru untuk mengerjakan film animasi pertamanya The Adventure of Tintin: The Secret of Unicorn yang disutradarai oleh Stephen Spielberg dan diproduseri oleh Peter Jackson.
Di sini, Rini bersama para animator lainnya harus menggerakkan Tintin serealistis mungkin sesuai dengan karakternya di komik maupun serial animasi 2 dimensi. Kunci paling utama menurutnya adalah benar-benar memperhatikan detail.
“Kita harus mempelajari cara dan karakter sedetail mungkin sehingga objek animasi terlihat nyata. Bahkan untuk berkedip saja pun harus dibuat sedetail mungkin, bukan hanya sekedar menutup dan membuka mata,” tuturnya.
Selain itu, salah satu upaya yang juga terus dilakukan olehnya agar diterima di studio animasi internasional adalah selalu memperbaiki demo reel sehingga perusahaan dapat melihat hasil karya atau project yang pernah dia lakukan.
“Sebagai animator kita perlu untuk terus memperbaiki demo reel sehingga bisa mendapatkan proyek yang bagus,” ujarnya.
Selain itu, seorang animator juga harus terus mengasah kemampuan dan kreativitasnya sehingga bisa menghasilkan karya animasi yang bagus dan lebih baik dibandingkan dengan karya orang lain. Sebab, berdasarkan pengalamannya di Amerika Serikat, studio animasi maupun pencari animator di negara tersebut benar-benar memperhatikan skill atau keahlian dan portofolio yang baik, tidak mempermasalahkan pendidikan dari sang animator.
“Tips paling utama, letakkan kerjaan yang paling bagus di portofolio kita. Misalnya selama belajar animasi membuat 10 klip dan yang menurut kita paling bagus hanya dua klip, ya itu saja yang dimasukkan. Biarpun durasinya pendek, tidak masalah,” terang wanita asal Lampung ini.
Sementara itu, terkait cerita animasi yang menarik di pasar internasional menurutnya adalah yang memiliki kisah yang menarik sehingga membuat penonton ikut terbawa dalam suasana dan mampu memainkan perasaan mereka.