Bisnis.com, JAKARTA – Penelitian anyar menunjukkan perempuan lebih merasakan tantangan psikologis ketimbang pria pada masa pandemi, dengan laporan tingkat depresi, kecemasan, kesepian yang tinggi serta tingkat kepuasan hidup dan kebahagiaan yang rendah.
Laporan yang sama dari University College London (UCL) juga melaporkan kesehatan mental yang lebih buruk secara konsisten pada kelompok Black, Asian and minority ethnic (Bame) pada setiap pengukuran selama pandemi.
Dilansir dari Metro UK, Sabtu (7/11) para peneliti melaporkan tingkat depresi, kecemasan, pikiran tentang kematian, menyakiti diri sendiri, kesepian, pelecehan, kebahagiaan, dan kepuasan hidup yang lebih rendah.
Menurut penelitian, kelompok lain yang berisiko mengalami depresi dan kecemasan yang lebih tinggi adalah orang dari kelompok dewasa muda, orang yang tinggal sendiri, orang dengan pendapatan rendah, dan orang yang tinggal di daerah perkotaan.
Tingkat depresi dan kecemasan juga lebih tinggi di antara mereka yang memiliki kondisi kesehatan fisik jangka panjang dan mereka yang memiliki kualifikasi rendah. Studi tersebut menunjukkan bahwa tekanan terbesar di sekitar Covid-19 juga berbeda di antara kelompok tertentu.
Wanita dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan fisik jangka panjang lebih khawatir tentang penularan virus dan penyakitnya. Sementara, orang dari kalangan Bame khawatir kehilangan pekerjaan dan masalah keuangan.
Daily Fancourt, penulis utama studi dari UCL mengatakan bahwa pandemi Covid-19 dan pembatasan telah memengaruhi kelompok yang berbeda dengan cara yang berbeda pula. Beberapa kelompok mampu mengatasi perubahan sementara yang lainnya merasa kesulitan.
“Banyak dari kelompok yang diidentifikasi memiliki risiko kesehatan mental yang lebih buruk selama pandemi adalah mereka yang biasanya mengalami kesehatan mental lebih buruk sebelum pandemi. Tapi Covid-19 telah memperburuk ketidaksetaraan kesehatan mental ini,” katanya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, penting agar dukungan tambahan disediakan guna meminimalkan risiko konsekuensi psikologis jangka panjang bagi kelompok yang terdampak. Menurutnya, secara keseluruhan pandemi ini berdampak pada tingkat stres dan kesejahteraan masyarakat umum.
Pada awal masa pembatasan sosial, tingkat kecemasan dan depresi masing-masing sebesar 9 persen dan 14 persen, lebih tinggi dari rerata orang yang berlatar belakang Bame dibandingkan dengan orang kulit putih. Sementara, tingkat kepuasan hidup dilaporkan 6 persen lebih rendah dari biasanya.
Pada kelompok perempuan, tingkat kecemasan bisa mencapai angka 53 persen lebih tinggi, tingkat depresi 30 persen lebih tinggi, dan tingkat kepuasan hidup 7 persen lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pria.
Sementara dalam sebulan terakhir, tingkat kecemasan dan depresi bertahan pada angka 30 persen dan 15 lebih lebih tinggi pada orang berlatar belakang Bame ketimbang kelompok kulit putih. Kepuasan hidup juga lebih rendah 3 persen.
Adapun, pada kelompok perempuan, kecemasannya masih pada angka 50 persen lebih tinggi, 56 persen tingkat depresi, dan kepuasan hidup yang lebih rendah sekitar 5 persen dibandingkan dengan kelompok pria.