Bisnis.com, JAKARTA- Diabetes masih menjadi momok bagi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini telah banyak merenggut nyawa manusia serta membuat banyak penderitaan bagi para pengidap sakit tersebut.
Pola hidup yang tidak seimbang bisa menyebabkan penyakit diabetes melitus sahingga masyarakat mesti mengantisipasi penyakit tersebut. Sayangnya, mayoritas masyarakat masih tak menyadari potensi risiko diabetes, cenderung masih menjalani pola hidup yang tak sehat.
Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat merupakan hal mutlak yang harus dilakukan semua pihak guna menekan risiko diabetes. Bertepatan dengan peringatan Hari Diabetes Sedunia, Primaya Hospital selaku institusi kesehatan merasa harus ikut berkontribusi memberikan edukasi dengan menyelenggarakan Webinar bertajuk “Jalani Hari Tua Berkualitas Dengan Memahami Diabetes Sejak Dini”, Sabtu (14/10/2020).
Baca Juga Awal Bros Berganti Nama Menjadi Primaya |
---|
Webinar itu diisi penjelasan medis dan edukasi seputar diabetes oleh para ahli dari Primaya Hospital, terdiri dari dokter Khomimah spesialis penyakit dalam Primaya Hospital Bekasi Barat, dokter Rochsismandoko, spesialis penyakit dalam Primaya Hospital Tangerang, dan dokter Steffi Sofia, spesialis gizi Primaya Evasari Hospital.
dokter Rochsismandoko mengatakan diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya produksi insulin dan resistensi insulin.
“Resistensi Insulin adalah kondisi ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan gula darah dengan baik karena adanya gangguan aksi kerja insulin atau terganggunya respon sel tubuh terhadap insulin,” ujarnya.
Menurutnya, DM dapat menyebabkan penyakit lainnya yakni makro vascular atau gangguan perusakan pada pembuluh darah besar seperti jantung koroner, stroke, atau penyakit pembuluh darah tepi. Hal ini dapat ditandai dengan pembuluh darah di kaki bermasalah sehingga kaki menghitam.
Adapun mikro vascular yakni dapat menyebabkan gagal ginjal, gangguan pembuluh darah retina mata yang bisa menyebabkan kebutaan, gagal jantung, atau gangguan saraf kaki sehingga pasien merasakan kebas.
“Penyandang Diabetes Melitus akan meningkatkan potensi terkena infeksi, yang paling banyak terjadi adalah infeksi TBC. Diabetes Melitus juga bisa meningkatkan risiko luka di kaki misalnya infeksi luka tertusuk di kaki yang dapat semakin parah, gejalanya lebih berat, lebih lama, dan lebih luas jika seseorang mengidap Diabetes Melitus,” tuturnya.
Sedangkan dokter Khomimah yang merupakan spesialis penyakit dalam dari Primaya Hospital Bekasi Barat menambahkan gangguan aksi kerja insulin dan kurangnya produksi insulin tersebut terjadi pada kelompok orang yang memiliki berbagai faktor risiko DM. Mereka, lanjut Khomimah, yakni kelompok orang obesitas dengan indeks massa tubuhnya lebih dari 23 dan memiliki salah satu dari faktor yakni jarang melakukan gerak badan atau tidak olahraga, memiliki riwayat anggota keluarga DM.
“Selain itu mereka juga datang dari kelompok yang memiliki hipertensi, kadar kolesterol baik rendah atau kadar trigliserid yang tinggi, memiliki riwayat pre diabetes, kardiovaskular, memiliki riwayat diabetes selama kehamilan atau pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg,” ungkapnya.