Ilustrasi - Sejumlah tenaga kesehatan membawa peti berisi jenazah di halaman RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (24/9/2020)./Antara-FB Anggoro
Health

Pilih Mana, Disiplin 3M atau Tanggung Biaya Perawatan Covid-19 Ratusan Juta?

Puput Ady Sukarno
Selasa, 1 Desember 2020 - 03:24
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah praktisi kesehatan dan penyintas Covid-19 menyatakan bahwa cara terbaik agar masyarakat dan negara tidak merugi lebih besar lagi akibat Covid-19 adalah dengan mencegah dengan disiplin menjalani protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak aman).

Seiring komitmen Pemerintah yang serius untuk terus berupaya memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap dampak pandemi Covid-19 dengan terus melakukan upaya Testing, Tracing, dan Treatment, serta edukasi 3M guna menekan penularan.

Hal tersebut seperti disampaikan Hasbullah Thabrany, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, pada acara Dialog Produktif bertema Memaksimalkan Pengelolaan Kesehatan Lewat Vaksinasi yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).

"Apabila kita bisa disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M dan pemerintah aktif menjalankan 3T (Tracing, Testing, Treatment), kita juga dapat menghemat kerugian negara yang lebih besar lagi," ujarnya seperti dikutip, Senin (30/11/2020).

Seperti diketahui saat ini pemerintah menanggung biaya perawatan rumah sakit bagi pasien Covid-19, yang berdasarkan hasil survei menunjukkan rata-rata dikeluarkan biaya perawatan Rp184 juta per orang.

"Kita bisa menghemat sampai Rp500 triliun, dan menggunakannya untuk membangun ekonomi Indonesia," ujarnya.

Menurutnya, selain biaya yang besar, masyarakat yang terdampak Covid-19 juga tidak bisa bekerja secara produktif sehingga menurunkan pendapatan mereka.

"Belum lagi kerugian apabila ada warga negara yang meninggal di usia produktif, beban biaya keluarga yang ditinggalkan pasien," ujarnya.

Hasbullah menilai bahwa jika terkena Covid-19, maka tidak hanya merugikan secara ekonomi, namun juga penyakit ini sangat serius yang dapat mempengaruhi fisik maupun mental.

Menurutnya masyarakat perlu memahami bahwa meskipun saat ini ditanggung negara, tapi jangan merasa nyaman dan tidak peduli menjalankan protokol kesehatan.

"Ingat pada saat dirawat kita menjadi tidak produktif, itu sudah kehilangan banyak pendapatan per harinya. Belum lagi setiap hari pasien merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya, ini yang tidak bisa dihitung oleh uang," ujarnya.

Hal senada diakui oleh Icha Atmadi ST, salah seorang penyintas Covid-19, yang menganggap bahwa Covid-19 adalah penyakit yang sangat serius.

Menurutnya, untuk gejala paling ringan pun bisa terasa sakit, baik bagi fisik maupun mental. Apalagi bagi mereka yang mengalami gejala berat, seperti yang dialami ayahnya, yang juga terkena Covid-19, harus memerlukan alat bantu pernafasan.

"Ayah saya sampai mendapatkan beberapa suntikan infus, belum lagi ditambahkan alat bantu pernafasan, serta alat pendukung dan tindakan medis lainnya. Jadi benar-benar mencemaskan waktu itu," terangnya.

Menurutnya, apabila perasaan cemas yang dirasakan itu seperti setiap hari akan menghadapi kematian. Belum lagi, apabila saat itu biaya perawatan Icha tidak ditanggung negara, tapi ditanggung secara mandiri, bisa mencapai ratusan juta rupiah selama 45 hari menjalankan perawatan.

"Saat ini pemerintah memang menanggung biaya rumah sakit melalui anggaran Kementerian Kesehatan. Saya kira kalau dirawat lebih dari 30 hari apalagi harus masuk ICU yang biayanya bisa sehari Rp15 juta per hari, pengeluarannya bisa lebih dari seratus juta," terangnya.

Sementara, dari pengalaman Icha Atmadi tersebut, Hasbullah juga membenarkan. Pasalnya, semua pasien COVID-19 baik yang gejalanya ringan, sedang, maupun berat, mengalami titik terendah sehingga membuat lebih introspeksi.

Menurutnya, ke depan, apabila sudah ada vaksin, maka harus ditambah dengan vaksin. Meskipun harga vaksin belum keluar nilainya.

"Tapi misalnya harganya (vaksin) nanti katakanlah Rp200.000, investasi ini akan memberikan kita peluang lebih aman daripada berisiko besar terinfeksi dan memerlukan pengobatan”, terangnya.

Pasalnya, biayanya perawatan akan sangat berat kalau terkena Covid-19, apalagi seandainya ada pihak yang nantinya tidak mau divaksin. Menurutnya hidup bisa tidak nyaman karena resikonya mengeluarkan dana Rp200 juta-300 juta, apabila terinfeksi, sementara vaksin terbukti mampu memberikan ketenangan.

"Contohnya, kasus penyakit TBC, karena hampir semua orang sudah divaksinasi BCG, kita bisa tenang menjalani kehidupan”, terangnya.

Selain itu, dari perspektif agama, Hasbullah menilai, bahwa mencegah penularan sama derajatnya dengan melakukan ibadah. "Menjaga diri dan orang lain di sekitar kita agar tidak tertular Covid-19 adalah ibadah," ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan pengalaman kesembuhan yang telah dilaluinya maupun keluarganya, Icha Atmadi pun saat ini memperkuat dan memperketat protokol kesehatan dalam keluarganya.

Selain itu, pihaknya juga membagikan pengalaman yang dialami itu kepada teman-temannya, agar mereka tidak mengalami apa yang dia rasakan.

“Kita harus menyadari bahwa mencegah penularan Covid-19 sangat besar manfaatnya bagi diri sendiri dan orang lain. Manfaatnya memang tidak kelihatan saat kita belum mengalaminya. Sama seperti perumpamaan yang membuat kita baru menyadari mahalnya mata saat kita sudah tidak bisa melihat lagi," ujarnya.

Jadi, tegas Hasbullah, jangan ditunggu sampai kehilangan penglihatan, karena pencegah jauh lebih baik. "Dan itulah amal ibadah kita," tutupnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro