Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah studi baru menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang diberikan suntikan vaksin virus corona (Covid-19) dari Oxford-AstraZeneca masih akan kebal terhadap virus corona hingga 12 minggu setelah dosis pertama mereka.
Dilansir dari Metro UK, Rabu (3/2/2021) peneliti dari University of Oxford, yang mengembangkan suntikan bersama dengan perusahaan farmasi AstraZeneca, mengatakan bahwa dosis tunggal mereka efektif 76 persen setelah tiga bulan, sedangkan dosis keduanya efektif 82,4 persen.
Ini berarti kasus Covid-19 di antara kelompok yang diberi satu dan dua dosis berturut-turut 76 persen dan 82,4 persen lebih rendah daripada kelompok yang diberi plasebo. Penelitian yang belum ditinjau rekan sejawat itu juga menyarankan vaksin dapat mengurangi penularan virus hingga dua per tiga.
Para peneliti menganalisis tes usap atau swab Covid-19 Inggris yang dinyatakan positif dan menemukan penurunan 67 persen pada usap positif di antara mereka yang telah divaksinasi dengan suntikan dari Oxford-AstraZeneca.
Mereka masih belum mengetahui apakah vaksin Covid-19 dapat menghentikan penularan dan tidak hanya mencegah penyakit. Bagaimanapun, penemuan itu dapat membuktikan langkah besar dalam memengaruhi nasihat kesehatan masyarakat terkait vaksin.
Hal ini juga dapat membuka jalan bagi pembatasan kuncian untuk dicabut lebih cepat karena akan menunjukkan lebih sedikit orang yang perlu divaksin guna melindungi populasi lainnya secara keseluruhan.
Studi ini juga mendukung strategi pemisahan dosis primer dan suntikan penguat lanjutan selama 4 hingga 12 minggu, yang telah diterapkan oleh Inggris dan sejumlah negara lainnya. Hal ini sebelumnya mendapatkan kecaman keras dari berbagai pihak yang khawatir tentang penundaan dosis kedua.
Andrew Pollard, kepala penyelidik Oxford Trial sekaligus salah satu penulis studi mengatakan data baru ini memberikan verifikasi penting dari data sementara yang digunakan regulator untuk memberikan otorisasi penggunaan darurat vaksin.
“Ini juga mendukung rekomendasi kebijakan yang dibuat oleh Joint Committee on Vaccination and Immunisation (JCVI) untuk interval 12 minggu, karena mereka mencari pendekatan yang optimal untuk diluncurkan. Dan ini meyakinkan kami bahwa orang dilindungi dari 22 hari setelah satu dosis vaksin,” katanya.