Dave. Aplikasi Hear Me telah tersedia di platform penyedia aplikasi Google Play Store dan Apple Store. /Hearme.id
Relationship

Kesetaraan Komunikasi Penyandang Tuli Lewat Teknologi

Syaiful Millah
Minggu, 7 Maret 2021 - 15:46
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Komunikasi menggunakan bahasa lisan adalah bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun tak semua orang mendapatkan kemewahan melakukan hal itu. Sekitar 16 juta orang penyandang gangguan pendengaran tuli di Indonesia tidak termasuk.

Mereka bukannya tidak berkomunikasi sama sekali. Bahasa isyarat atau bahasa tubuh menjadi media 'berbicara' dengan orang lain. Sayangnya, mayoritas warga Ibu Pertiwi tak tau dan tak paham dengan bahasa para penyandang disabilitas ini. Alhasil, ada gap komunikasi antara teman dengar dan teman tuli.

Atas kondisi inilah, sekelompok mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan aplikasi penerjemah Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) pertama di dalam negeri, yang dinamai Hear Me.

Founder and CEO Hear Me Athalia Mutiara Laksmi bercerita bahwa pengembangan aplikasi ini didasarkan pada pengalaman pribadi. Ketika itu Atha, begitu dia biasa disapa, memesan taksi daring yang ternyata pengemudinya adalah penyandang disabilitas tuna rungu.

Dalam melakukan pekerjaannya, dia didampingi oleh anak sebagai pihak yang menjembatani komunikasi antara penumpang dan sopir. Namun demikian, karena banyak masalah komunikasi yang timbul, pengemudi seringkali mendapatkan rating rendah. Padahal, menurut Atha, si sopir tidak melakukan hal yang buruk dalam konteks pekerjaannya sebagai pengemudi.

“Dari situ kami berpikir gimana caranya mau bantu menyelesaikan masalah ini. Hear Me hadir untuk menjembatani komunikasi antara teman dengar dan teman tuli,” katanya.

Tak sekadar komunikasi yang relatif ringan seperti percakapan singkat, Atha berharap ke depannya Bisindo bisa lebih banyak digaungkan dan diimplementasikan dalam banyak hal. Misalnya di tempat-tempat fasilitas umum hingga di sektor pendidikan.

Surya Sahetapy, penyandang tuli dan mahasiswa Rochester Institute of Technology (RIT), mengamini bahwa bukan hal mustahil bahasa isyarat digunakan dalam bidang pendidikan, sehingga para penyandang tuli juga bisa belajar layaknya orang yang bisa mendengar.

Dia bercerita bagaimana dia bersekolah di RIT, di mana ada banyak mahasiswa dan dosen yang bisa menggunakan bahasa isyarat American Sign Language (ASL). Jadi, dosen mengajarkan materi perkuliahan memakai ‘bahasa tubuh’ ditambah konten visual. Persis seperti ruang perkuliahan pada umumnya.

Namun demikian, dia tak memungkiri hal tersebut masih belum diimplementasikan di Indonesia. Bahkan, penggunaannya secara umum saja masih belum menjadi perhatian banyak pihak. Oleh sebab itu, dia berharap kemajuan teknologi seperti ketersediaan aplikasi penerjemah bahasa isyarat setidaknya mampu memudahkan komunikasi para penyandang tuli.

“Orang berpikir bahasa isyarat ini hanya untuk ngobrol saja, tapi itu bisa digunakan untuk pendidikan. Artinya bahasa isyarat ini setara baik lisan dan tulisan dengan bahasa lain,” katanya melalui penerjemah bahasa isyarat.

Fitur Aplikasi

Secara sederhana, sistem kerja aplikasi Hear Me adalah menerjemahkan secara otomatis suara atau tulisan teman dengar ke dalam gerakan bahasa isyarat Indonesia dengan tampilan animasi tiga dimensi yang menarik.

Adalah karakter bernama Dave – diambil dari kata deaf yang berarti tuli dalam bahasa Inggris – yang akan melakukan tugas memeragakan bahasa isyarat, yang diinput oleh pengguna. Setelah merekam suara atau menuliskan kata/kalimat, sistem akan menerjemahkannya dalam bahasa isyarat dengan jeda waktu tertentu. Makin panjang kalimat, makin lama sistem akan memprosesnya.

Kesetaraan Komunikasi Penyandang Tuli Lewat Teknologi

Aplikasi ini sangat membantu untuk menerjemahkan kalimat-kalimat pendek. Akan tetapi, untuk kalimat yang lebih panjang sistem yang ada masih belum maksimal. Disampaikan oleh CEO bahwa aplikasi ini memang masih sangat baru, dan akan terus dikembangkan.

Selain menerjemahkan pesan atau tulisan pengguna, Hear Me juga menyediakan berbagai direktori gerakan bahasa isyarat yang bisa dipelajari oleh para penggunanya. Direktori itu juga telah dikategorisasi sehingga lebih memudahkan pencarian.

Beberapa direktori gerakan bahasa isyarat yang ada di dalam aplikasi antara lain nama-nama hari, kata tunjuk, kata sambung, ucapan selamat, kata kerja, nama-nama bulan, kata sifat, profesi, keterangan waktu, kata benda, dan masih banyak lagi.

Bahkan, pengguna bisa melakukan permintaan (request) kata yang diinginkan untuk diterjemahkan ke dalam bahasa isyarat melalui fitur yang telah disediakan. Atha mengharapkan banyak kontribusi pengguna dalam hal ini, untuk mengembangkan aplikasi yang lebih baik kedepannya.

Selain fitur-fitur yang telah disebutkan, Hear Me juga menyediakan berbagai kabar atau informasi yang berkaitan dengan penyandang disabilitas, terutama dari kalangan tuna rungu atau tuli. Ke depan, fitur lain seperti mengubah bahasa isyarat ke suara dan teks dan live transcript akan dikembangkan di aplikasi ini.

Aplikasi Hear Me telah tersedia di platform penyedia aplikasi Google Play Store dan Apple Store. Sejauh ini, aplikasi telah diunduh oleh lebih dari 5.000 pengguna. Disebut oleh Atha bahwa dari jumlah itu, sekitar 4.700 di antaranya adalah pengguna aktif.

Baik Atha maupun Surya mengharapkan dengan adanya kemajuan teknologi, akses komunikasi bagi seluruh masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali, bisa terwujud. Mereka juga berharap masyarakat lebih menghargai budaya penyandang tuli dan menciptakan ekosistem ramah bagi semua orang.

Penulis : Syaiful Millah
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro