Bisnis.com, JAKARTA - Virus Corona (Covid-19) tak menghalangi para musisi untuk berkreasi. Contohnya Komposer kontemporer Taufik A. Adam yang begitu aktif menghasilkan dan menampilkan karyanya dengan memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram.
Nyatanya melalui platform tersebut, dia bisa membentuk sebuah grup metal berunsur etnik dengan personel yang berasal dari tiga benua, Asia, Eropa, dan Amerika. Digawangi Taufik sebagai gitaris, komposer dan produser, terciptalah Sirangkak dengan Aaeon Schreiber (bass), Brett A Jorgensen (vocal), Sebastian Marino (keyboard), adan Jeremy Hambrick (drum).
Sirangkak, cukup unik bukan? Nama band ini berasal dari bahasa Minang yang berarti kepiting air. Tak asal, Sirangkak memiliki filosofi perlahan tapi pasti seperti kepiting air yang berjalan menyamping tapi memiliki arah yang jelas.
"Kita minggir-minggir saja yang penting pasti, bertahap, tidak usah jorr ke tengah, sulit sekarang apalagi kita enggak punya manajemen dan label," ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.
Bermula dari sekadar mengisi waktu luang di tengah ketidakpastian Covid-19, Taufik tampil di platform yang bisa berbagi video dan memberi kesempatan untuk siapa saja berkolaborasi dengan musik bernuansa etnik yang dimainkannya. Siapa sangka antusiasnya sangat tinggi hingga mengundang musisi dari luar negeri ikut berkolaborasi yang saat ini menjadi personel dari Sirangkak.
Taufik menyebut awalnya kolaborasi terjalin dengan 2 orang yakni Aaron dan Marino hingga akhirnya berkembang menjadi grup lengkap. "Akhirnya mereka sepakat kenapa enggak bikin grup, enggak hanya kolaborasi saja," sebutnya.
Uniknya, mereka tidak pernah bertemu karena memang ada pembatasan selama pandemi Covid-19 ini. Masing-masing personel melakukan rekaman sendiri dengan biaya mandiri di negara asalnya. Hasil dari rekaman itu dikirim ke Taufik yang kemudian di edit untuk menjadi musik metal etnik yang utuh.
Alhasil pada September 2020 lalu Sirangkak mengeluarkan single Conflict dan Bebas yang khas dengan gamelan Bali dan talempong asal Minagkabau. Sultan of Change menjadi single ketiga dan akan dirilis dalam waktu dekat. "Itu ada unsur Bali, Minang, sama Melayunya, sama perkusi Nusantara," tuturnya.
Taufik menjelaskan untuk single berikutnya Sirangkak sepakat musiknya lebih ke nuansanya Jawa, Melayu, dan Timur. Ya, walaupun beda benua, budaya, dan agama, personel Sirangkak senang dengan perpaduan musik etnik asal Indonesia yang dianggap cukup unik untuk dipadupadankan dengan metal.
"Band mereka modern metal, lagu mereka berat. Tapi yang dikerjakan sekarang ini beda dan tantangan bagi mereka," beber Taufik.
Taufik menambahkan rencananya Sirangkak akan mengeluarkan satu single setiap bulannya. Mereka tidak peduli singlenya laku atau tidak. Sirangkak hanya ingin berkarya. Seperti kata taufik bahwa karya tidak akan lekang ditelan zaman.
Selain memiliki proyek Sirangkak, Taufik juga aktif membuat musik pendek berdurasi 1 menit, yang mana semua disiplin musik dan budaya bisa masuk. "Tari, jazz, kontemporer bisa masuk," tukasnya.