Bisnis.com, JAKARTA - Penyintas Covid-19 mengaku sulit berkonsentrasi dan mengingat. Gejala ini dikaitkan dengan istilah Brain fog pada dunia medis.
Lalu apa itu Brain fog dan seberapa bahaya bagi kesehatan?
Brain fog atau dalam bahasa Indonesia kabut otak bukanlah diagnosis. Ini merupakan merupakan istilah digunakan untuk menggambarkan suatu gejala dalam proses berpikir seperti gangguan memori, gangguan konsentrasi, gangguan kognitif, nyeri kepala dan kebingungan.
Menurut dokter spesialis Penyakit dalam dr RA Adaninggar, SpPD (@ningzsppd) kondisi Brain Fog ini masih belum ada penelitian yang dapat memastikan ditimbulkan oleh Covid-19.
"Tidak perlu terlalu panik. Brain fog ini juga biasa terjadi pada kondisi-kondisi lain misalnya saat kita stress atau kurang tidur," tulisnya pada unggahan di Instagramnya.
Pada kasus Covid-19, beberapa orang melaporkan gejala gejala Brain fog yang berlangsung beberapa lama setelah sembuh. Sama seperti kondisi long covid lain, belum ada tatalaksana khusus juga pada brainfog.
Tidak semua pasien Covid-19 mengalami gejala ini, belum diketahui pasti mengapa ada pasien mengalami dan ada yang tidak. Saat ini kemungkinan ada faktor fisik dan psikis yang berperan mempengaruhi Brain fog masih dalam penelitian.
Brain Fog sebagian akan membaik spontan dengan pola hidup sehat, terapi suportif mental dan penghilang gejala seperti tidur yang cukup dengan kualitas tidur yang baik, latihan fisik teratur, makan makanan bergizi seimbang, hindari rokok dan alkohol.
"Konsultasi dan periksalah ke Dokter bila gejala-gejala Brain fog tadi sangat mengganggu hidup sehari-hari dan tidak membaik dalam beberapa minggu," saran dokter yang akrab di sapa Ning tersebut.
