Tuti Mochtar/dokumen pribadi
Kuliner

Memoles Wajah Barista Tanah Air

Syaiful Millah
Senin, 26 April 2021 - 01:32
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Saat berkunjung ke kedai kopi, mungkin di antara kalian ada yang sesekali atau seringkali memerhatikan cara kerja barista. Mereka biasanya bergerak dengan lihai mengoperasikan berbagai peralatan guna menyuguhkan secangkir kopi.

Memang, dalam beberapa waktu belakangan industri kopi di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Kedai kopi atau kerennya disebut coffeeshop menjamur. Profesi yang terkait dengan kopi juga menjadi lebih populer. Barista adalah salah satunya. 

Bicara soal profesi tersebut, Indonesia saat ini punya banyak nama yang telah mendunia berkat kepiawaiannya 'bercengkerama' dengan kopi. Salah satu nama yang punya andil besar dalam dunia kopi dan barista Tanah Air adalah Tuti Mochtar. 

Perempuan kelahiran London, Inggris itu sudah lebih dari 20 tahun berkecimpung di dunia kopi dan profesi barista. Awalnya, dia tidak tertarik dengan perkopian karena memang saat itu belum marak tren minum kopi seperti sekarang. 

Akan tetapi, bos perusahaan tempatnya bekerja yang berasal dari Amerika Serikat melihat peluang bisnis kopi di Indonesia. Akhirnya, Tuti dikirim ke Negeri Paman Sam untuk belajar tentang hal tersebut. 

Dia belajar mengenali biji kopi yang baik, menyangrai biji kopi mentah (roasting) hingga membuat dan menyajikan kopi. "Mulai dari situ lah tertarik dengan kopi karena ada banyak hal yang sangat menarik buat saya dan sampai dengan sekarang," katanya. 

Ketika awal 2000an, ekosistem perkopian Indonesia mulai terbentuk dengan hadirnya jaringan kedai kopi Starbucks. Sejak itu, antusiasme masyarakat untuk menikmati kopi mulai tumbuh dan menjadi gaya hidup baru. 

Melihat pasar yang demikian, Tuti bersama sejumlah pihak menggelar kompetisi barista pertama se-Asia Tenggara. Dia sekaligus didapuk menjadi juri pada gelaran tersebut. Setelah itu, namanya makin dikenal di regional sebagai salah satu pioneer. 

Tak jarang dia diminta menjadi juri untuk kejuaraan serupa di sejumlah negara termasuk Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina, dan masih banyak lagi. 

Dengan pengalamannya menjadi juri untuk kejuaraan barista di berbagai tempat, dia menilai bahwa kompetensi peracik kopi Tanah Air tak kalah mumpuni ketimbang negara lain. Walau sempat tertinggal dari negara tetangga karena masalah bahasa, tapi kini sudah banyak barista lokal yang tak terkendala hal tersebut. Bahkan dalam sejumlah kompetisi dunia, peracik kopi asal Indonesia menempati peringkat papan atas. 

"Kalau dulu itu belum banyak anak muda yang serius di kopi dan bisa berbahasa Inggris dengan baik. Sekarang sudah lumayan banyak barista muda yang punya nama," tuturnya. 

Dalam rangka memperbanyak munculnya peracik kopi di dalam negeri, Tuti saat ini fokus menjadi pengajar terkait dunia perkopian. Dia aktif mengajar untuk privat perusahaan maupun kerja sama dengan pemerintah dan kementerian. 

Menurutnya, Indonesia memiliki peluang industri kopi yang sangat besar. Saat ini pasarnya juga sudah terbentuk dengan maraknya penjual kopi dan konsumen dari berbagai kalangan. Oleh sebab itu, diperlukan banyak barista sebagai juru di balik mesin-mesin pembuat kopi. 

Namun demikian, dia tak memungkiri masih banyak anggapan yang menilai bahwa tak perlu barista profesional untuk membuat dan berjualan kopi. Selain itu, tak sedikit pula barista yang sulit menerima hal baru dan merasa cukup dengan apa yang dimilikinya sekarang, sehingga tidak berkembang. 

Padahal, dia dengan tegas mengatakan bahwa hal paling penting bagi seseorang yang bekerja sebagai barista adalah keinginan untuk terus belajar. 

Menurutnya, ekosistem kopi akan terus mengalami perkembangan dan memunculkan hal baru baik dari sisi bubidaya, pascapanen, hingga cara membuat dan menghasilkan kopi. Oleh sebab itu, terus belajar menjadi kunci bagi mereka untuk terus bergerak menjadi lebih baik. 

"Selain tentunya punya pengetahuan tentang kopi dan keterampilan mengoprasikan peralatan, saya selalu pesan kepada barista untuk terus belajar dan jangan pernah berhenti belajar, karena dunia kopi itu akan terus bergerak," tuturnya. 

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro