Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi menunjukkan bahwa vaksin buatan AstraZeneca Plc terbukti tidak menyebabkan pembekuan darah setelah pemberian dosis kedua.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (28/7/2021), kemungkinan terjadinya trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) adalah 2,3 banding 1 juta, berdasarkan penelitian yang dipublikasi dalam jurnal The Lancet. Itu sebanding dengan apa yang ditemukan pada populasi yang belum divaksinasi. Suntikan ini dikembangkan dengan University of Oxford dan perusahaan spin-off-nya Vaccitech.
Namun, kemungkinan kejadian ikutan setelah vaksinasi masih lebih tinggi setelah suntikan pertama dengan perbandingan 8,1 per juta.
Suntikan Vaxzevria milik AstraZeneca dirundung oleh masalah keamanan temuan sejumlah orang yang menerimanya meninggal. Regulator di Eropa merespons untuk memesan vaksin Covid-19 untuk orang dewasa yang lebih tua. Beberapa orang juga memilih untuk beralih ke produk lain untuk dosis kedua mereka.
Inggris mencatatkan 24,7 juta orang telah menerima dosis pertama dan 22,8 juta orang menerima dosis kedua. Pada saat itu, Pemerintah Inggris telah menerima aduan 411 kejadian pembekuan darah dengan trombosit rendah setelah disuntuk vaksin ini, termasuk 71 kematian hingga 14 Juli. Sebanyak lima orang meninggal dunia setelah suntikan kedua.
Wakil Presiden Eksekutif Penelitian dan Pengembangan Biofarmasi Astra Mene Pangalos mengatakan vaksin memainkan peran penting dalam memerangi pandemi.
“Hasil [penelitian] ini mendukung pemberian jadwal kedua dosis Vaxzevria” kecuali TTS diidentifikasi setelah dosis pertama.
Saat ini peneliti Oxford dan Astra sedang melakukan penelitian tahap awal untuk memodifikasi vaksin sehingga mencegah efek samping.
Astra menyampaikan akan menyiapkan vaksin versi terbarunya pada musim gugur tahun ini.