Ilustrasi vaksin AstraZeneca/istimewa
Health

9 Jenis Vaksin Covid-19 yang Dapat Izin dari BPOM

Annasa Rizki Kamalina
Jumat, 10 September 2021 - 14:33
Bagikan

AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer

3. AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca merupakan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Oxford University bekerja sama dengan AstraZeneca menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (ChAdOx 1).

Jenis vaksin ini diperoleh Indonesia melalui mekanisme COVAX Facility diproduksi oleh SK Bioscience Co. Ltd., Korea, dan telah masuk dalam daftar yang disetujui oleh WHO Emergency Use Listing. Sementara itu, Astra Zeneca yang didaftarkan melalui jalur bilateral adalah produksi AstraZeneca Eropa dan Siam Bio Science Thailand.

4. Sinopharm

Vaksin Sinopharm yang hadir di Indonesia pada akhir April 2021 ini merupakan hasil produksi Beijing Bio-Institute Biological Products Co. BBIBP merupakan salah satu unit dari Sinopharm yang merupakan anak perusahaan dari China National Biotec Group (CNBG).

Vaksin tersebut memiliki platform jenis vaksin Inactivated virus (virus yang diinaktivasi atau dimatikan). Di Indonesia didaftarkan dan didistribusikan oleh PT. Kimia Farma Tbk. dengan nama SARS-COV-2 VACCINE (VERO CELL), INACTIVATED. Studi Klinik fase 3 yang dilakukan pada lebih dari 42.000 subjek di Uni Emirat Arab dan beberapa negara menunjukkan Efikasi Vaksin COVID-19 Produksi Sinopharm sebesar 78,02 persen.

5. Moderna

Vaksin pertama yang mengembangkan platform mRNA diperoleh melalui COVAX facility yang merupakan jalur multilateral dan diproduksi oleh Moderna TX., Inc USA. Vaksin ini digunakan dengan indikasi pencegahan COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 untuk orang berusia 18 tahun ke atas dengan dosis 0,5 mL dan 2 kali penyuntikan dalam rentang waktu 1 (satu) bulan.

Kejadian reaksi (KIPI) yang paling sering timbul dari penggunaan vaksin ini, antara lain nyeri pada tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan menggigil.

6. Comirnaty (Pfizer-BioNTech)

Vaksin Comirnaty produksi Pfizer-BioNTech juga dikembangkan dengan plaltform mRNA. Vaksin ini digunakan untuk orang berusia 12 tahun ke atas dengan dosis 0,3 mL dan 2 kali penyuntikan dalam rentang waktu 3 (tiga) minggu.

Berdasarkan data uji klinik fase 3, efikasi vaksin Pfizer pada usia 16 tahun ke atas menunjukan keberhasilan sebanyak 95,5 persen dan pada remaja usia 12-15 tahun sebesar 100 persen.

Kejadian reaksi yang paling sering timbul dari penggunaan vaksin ini, antara lain nyeri pada tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, nyeri sendi, dan demam.

Vaksin dengan platform mRNA memiliki spesifikasi penyimpanan khusus dengan menggunakan ultra low temperature (suhu -90° sampai -60° C).

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro