Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai orang tua, Anda tentu berusaha sebaik mungkin untuk membesarkan anak-anak. Namun, tanpa disadari, ada beberapa ungkapan yang sering digunakan oleh orang tua dan orang dewasa lainnya dalam kehidupan anak-anak yang bisa lebih merusak daripada yang Anda inginkan.
Mungkin, Anda berniat baik dengan mengatakan kalimat-kalimat ini, tetapi ada alternatif yang jauh lebih baik. Melansir Huffpost, Rabu (22/12/2021), berikut lima kalimat yang perlu Anda perhatikan, dan beberapa alternatif yang bisa Anda pilih sebagai gantinya.
1. "Kamu baik-baik saja!" atau "Ini bukan masalah besar"
Saat Anda menemukan seorang anak yang jatuh saat bermain bersama teman-temannya, seringkali kita melontarkan kalimat ini: "Kamu baik-baik saja!". Demikian juga ketika seorang teman mengambil mainan mereka misalnya, banyak dari orang tua yang menanggapinya dengan: "Ini bukan masalah besar".
Menurut para ahli, naluri itu benar-benar bisa dimengerti. Orang tua mungkin bermaksud untuk membantu anak merasa lebih baik, atau menenangkan mereka saat mereka merasa tertekan atau terluka.
"Kami pikir, jika kami tidak mempermasalahkannya, mereka juga tidak akan peduli. Namun ketika kami mengatakan ini kepada anak-anak, mereka akan merasa diabaikan dan merasa tidak didengarkan,"kata psikolog Sarah Conway.
Nah bila anak sudah sering mendengar kalimat tersebut, ada ketakutan bahwa mereka mungkin tidak dapat memercayai Anda ketika mereka dalam kesulitan atau dalam keadaan emsoi. Bahkan, ada kemungkinan bahwa mereka mulai merasa tidak bisa memercayai emosi mereka sendiri. Itulah sebabnya kalimat serupa "berhenti menangis" juga bisa menjadi masalah.
Daripada mengeluarkan kalimat-kalimat di atas, Anda bisa mencoba menggantinya dengan "Apakah kamu baik-baik saja?". Ini mengirimkan pesan kepada anak-anak bahwa Anda peduli dengan perasaan mereka dan mereka bisa berbagi emosi dengan Anda.
2. "Kamu selalu..." atau "Kamu tidak pernah..."
Sebetulnya, kalimat-kalimat seperti "Kamu selalu..." atau "Kamu tidak pernah..." dapat membantu anak-anak menjadi diri sendiri.
Psikolog Kimberly Bennett menuturkan, ketika anak mendengar kalimat-kalimat ini dari Anda sebagai orang tua mereka, anak akan mulai memercayainya.
"Kemudian, kita melihat lebih banyak perilaku yang dimasukkan ke dalam label ini, yang mereka tetapkan untuk definisi diri mereka sendiri," kata Bennett.
Perhatikan saat anak melakukan hal-hal yang berbanding terbalik dengan perlikau yang tidak Anda sukai. Misalnya jika Anda mengatakan "Kamu selalu kasar dengan adikmu". Nah perhatikan saat-saat ketika mereka berperilaku lembut, penuh kasih dan baik. Bila mereka melakukan hal ini, beri mereka apresiasi.
Namun, bila mereka justru menunjukkan perilaku yang tidak Anda sukai, ajak mereka mengobrol dan pecahkan masalah itu bersamanya. Ajukan pertanyaan seperti:"Nak, apa yang bisa kita lakukan untuk menghentikan ini?" atau "Apa yang bisa kamu lakukan saat kamu merasa seperti itu lagi?"
3. "Itu membuat saya sedih/marah/bahagia ketika kamu melakukan..."
Banyak orang tua percaya bahwa mereka sedang mengajari anak tentang empati ketika mereka menggunakan kalimat ini. Namun, kalimat ini justru mengirimkan pesan kepada anak, bahwa mereka adalah penyebab perasaan Anda menjadi seperti ini dan mereka bertanggung jawab untuk mengelolanya.
Akibatnya, anak-anak mungkin mulai menyembunyikan sesuatu dari orang tua karena takut Anda menjadi kesal. Selain itu, perlu diingat bahwa anak yang lebih muda belum bisa melihat sesuatu dari sisi lain.
Daripada melontarkan kalimat ini, ada baiknya untuk menyimpan pelajaran empati ini di lain waktu dan tetap berpegang pada fakta. Cobalah ganti dengan " Saya tidak akan membiarkan Anda... (misalnya memukul saudara, menendang saudara dan lainnya),".
4. "Ayo peluk... (kakek, nenek, dan lainnya)"
Ini mungkin sering muncul saat Anda mengajak anak berkumpul bersama keluarga. Seringkali, orang tua mendesak anak untuk memeluk kakek, nenek atau sepupunya, bahkan jika anak tidak menyukainya.
Ketika Anda memaksa anak-anak memeluk seseorang, bahkan meminta maaf ketika mereka belum siap, sebetulnya Anda mengajari mereka bahwa mereka perlu hadir untuk menyenangkan orang lain. Selain itu, secara tidak langsung Anda mengajari anak mengabaikan sinyal yang dikirimkan tubuh mereka, ketika Anda memaksa mereka untuk memeluk kerabatnya padahal tubuh mereka merasa tidak nyaman.
Ini adalah batasan yang harus dipegang teguh oleh orang tua untuk anak-anak mereka. Sebagai gantinya, katakan pada anak-anak, bahwa tidak masalah bila mereka mengganti berpelukan dengan mengepalkan tinju, atau hanya melambaikan tangan dan mengucapkan salam.
Yakinkan anak dan orang dewasa yang bersangkutan, bahwa mereka masih bisa menunjukkan rasa hormat dan cintanya kepada orang lain, sambil mendengarkan tubuh mereka sendiri.
5. "Itu tidak benar"
Saat anak Anda mengatakan tidak ada yang mau bermain dengannya, kalimat "Itu tidak benar" spontan keluar dari mulut Anda. Ini mungkin bisa dimengerti karena Anda mungkin merasa sedih saat mendengar anak-anak Anda terluka.
Akan tetapi, Ashurina Ream, pendiri Psyched Mommy memperingatkan bahwa kalimat ini menunjukkan seolah-olah Anda tidak memercayai mereka. Atau, insting mereka sendiri atau membaca situasi tertentu tidak bisa dipercaya.
Daripada mengeluarkan kalimat "Itu tidak benar", ajukan pertanyaan seperti "Kenapa kamu berpikir seperti itu?"
Perlu diingat bahwa tugas Anda sebagai orangtua bukanlah untuk memperbaiki segalanya untuk anak-anak. Tugas Anda adalah memastikan anak-anak merasa nyaman saat datang kepada Anda dengan semua emosi mereka -- baik itu emosi yang baik ataupun tidak, dan untuk betul-betul mendengarkan ketika mereka melakukannya.