Bisnis.com, JAKARTA - Seorang pelancong yang sedang diisolasi karena Covid-19 di fasilitas karantina Selandia Baru berhasil menginfeksi tiga orang lainnya di koridor tempat isolasi, menurut laporan para peneliti pada Kamis (30/12).
Para peneliti menuturkan, rekaman closed-circuit, pengujian genetik, dan pelacakan kontak yang cermat menunjukkan bahwa satu-satunya cara virus dapat berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain adalah melalui udara yang bocor, ketika kedua pintu dibuka sebentar.
Ini merupakan demonstrasi bagaimana virus bisa menyebar dan seberapa baik vaksin dapat bekerja, demikian dilansir dari CNN, Jumat (31/12/2021).
Satu orang yang lolos dari infeksi Covid sudah divaksinasi sepenuhnya dan tidak pernah dites positif, meskipun dia telah tinggal di ruangan yang sama dengan empat orang lainnya yang terinfeksi selama berminggu-minggu.
Kedua kelompok pelancong tiba di Selandia Baru pada pertengahan Juli, saat varian Delta melanda seluruh dunia. Satu pelancong dari Filipina, dinyatakan positif selama karantina dan ditempatkan di hotel yang sudah diubah sebagai fasilitas isolasi Covid-19.
Sedangkan kelompok lain yang terdiri dari lima orang, baru saja bepergian dari Uni Emirat Arab, juga tiba dan dikarantina.Satu anggota kelompok ini dinyatakan positif sehingga mereka ditempatkan di fasilitas yang sama, di seberang koridor dari pelancong pertama.
Selama menjalankan isolasi, tidak ada yang diizinkan untuk meninggalkan kedua kamar dan pintu hanya dibuka untuk pemeriksaan perawat dan pengiriman makanan. Selain itu, pintu tidak seharusnya dibuka pada saat yang bersamaan. Akan tetapi, rekaman kamera keamanan menunjukkan empat cuplikan singkat pintu yang dibuka secara bersamaan selama periode infeksi orang A, tulis tim tersebut. Pintu yang secara bersamaan dibuka, hanya berlangsung beberapa detik.
Tiga orang lain dari Uni Emirat Arab akhirnya juga terinfeksi, tetapi pengujian genetik menunjukkan bahwa rekan mereka yang sebelumnya terinfeksi bukanlah sumbernya, melainkan berasal dari pelancong dari Filipina.
"Virus mereka memiliki sidik jari genetik yang sama," ungkap para peneliti.
Penularan melalui udara di lorong adalah penjelasan yang paling masuk akal, tulis Andrew Fox-Lewis dari Dewan Kesehatan Distrik Manukau, Auckland, Selandia Baru dan rekannya. Menurut mereka, temuan ini sangat penting secara global untuk intervensi kesehatan masyarakat penyakit coronavirus dan praktik pengendalian infeksi.
Mereka menambahkan, orang A disebut tidak meninggalkan ruangan pada titik manapun selama periode infeksi mereka dan hanya meninggalkan ruangan untuk berolahraga selama periode infeksi, mulai 28 Juli dan seterusnya, setelah orang B dan C dinyatakan positif.
Ada kemungkinan bahwa pelancong ini menghirup virus ke udara kamar mereka, dan udara dihembuskan ke dalam dan ke seberang lorong saat pintu terbuka.
Pihak berwenang Selandia baru telah mencoba untuk mencega hal ini dengan kipas ekstraktor dan pembersih udara, tetapi sistem mungkin gagal ketika pintu dibuka. Para peneliti menyebutkan, tidak ada sistem ventilasi yang menghubungkan ruang terpisah. Selain itu, kamar memiliki jendela yang bisa dibuka secara bebas oleh penghuni.
"Temuan kami mendukung hipotesis bahwa selama episode pembukaan pintu secara bersamaan, partikel udara di kamar orang A dengan cepat menyebar menuruni gradien konsentrasi, melintasi koridor dan masuk ke kamar kelompok BCDEF," tulis tim tersebut.
Akan tetapi, satu orang pelancong (orang F) yang divaksinasi lolos dari infeksi, meskipun dia berbagi kamar dengan empat orang lainnya yang terinfeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi PCR. Selain itu, orang F tidak pernah dites positif SARS-CoV-2, dan menunjukkan tes negatif pada 14, 18, 21, 27, 29, dan 31 Juli, serta 8, 14, 16 dan 23 Agustus.
Orang F diketahui telah mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, sementara anggota lainnya tidak divaksinasi.
Ini bukanlah penelitian satu-satunya. Sebelumnya pada bulan Desember, sebuah tim peneliti di Hong Kong melaporkan bahwa satu pelancong yang sudah divaksinasi lengkap, yang terinfeksi varian Omciron, berhasil menginfeksi orang lain yang tinggal di hotel, tempat karantina Covid-19.
Leo Poon dari University of Hong Kong dan rekannya dalam jurnal Emerging Infectious Diseases menuturkan, pasien kasus A tiba di Hong Kong dari Afrika Selatan pada 11 November 2021 dan pasien kasus B tiba di Hong Kong dari Kanada pada 10 November 2021.
Kedua pasien ini sebelumnya telah mendapatkan dua dosis vaksin.
Setibanya di Hong Kong, kedua pasien kemudian tinggal di hotel karantina dan berada di lantai yang sama (di kamar yang berbeda), mengingat Hong Kong memberlakukan aturan bagi pelancong internasional untuk dikarantina di hotel yang ditunjuk selama tiga minggu.
Mereka mencatat bahwa tidak ada barang yang dibagikan antar kamar dan orang lain tidak masuk ke salah satu kamar.
Satu-satunya waktu untuk membuka pintu masing-masing adalah untuk mengambil makanan yang ditempatkan langsung di luar setiap pintu kamar atau untuk melakukan tes PCR yang dilakukan di interval tiga hari.
Kedua pasien diketahui tiba dengan selisih satu hari, jadi kecil kemungkinannya mereka akan diuji pada hari yang sama.
Tidak hanya itu, urutan genom juga memperjelas bahwa kedua pelancong terinfeksi oleh versi yang hampir identik dari virus Omicron yang sama. Kedua pelancong juga tetap tinggal di kamar mereka, sesuai persyaratan yang berlaku.
Para peneliti menyimpulkan, penularan melalui udara yang melintas di koridor adalah cara penularan yang paling mungkin.
"Tidak satupun dari 12 orang yang tinggal di kamar terdekat di lantai yang sama selama penelitian atau staf hotel terkait, telah dites positif dalam tes berulang untuk SARS-CoV-2," tulis mereka.