Bisnis.com, JAKARTA - Setiap Minggu terakhir di bulan Januari, seluruh dunia memperingati Hari Kusta Sedunia. Kusta sendiri merupakan salah satu penyakit tertua di dunia, dimana kasus pertama yang tercatat sudah ada dari sekitar 600 tahun Sebelum Masehi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kusta merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini berkembang biak dengan lambat dan masa inkubasi penyakit rata-rata adalah 5 tahun. Gejala dapat terjadi dalam 1 tahun, namun juga dapat berlangsung selama 20 tahun atau lebih.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dr Arthur S., menuturkan, penyakit tersebut biasanya diawali dengan hilangnya rasa pada ujung-ujung jari, kaki dan hidung, dan akan terus merembet ke bagian tubuh lain, apabila tidak ditangani.
"Jika penyakit terdeteksi dan segera di tangani, kerusakan jaringan kulit dan otot dapat dihindari dan juga dapat mencegah adanya komplikasi lain," ungkap dr Arthur, mengutip akun Instagram miliknya, Senin (31/1/2022).
Sepanjang sejarah, orang-orang yang menderita kusta dikucilkan oleh komunitas dan keluarga mereka, karena kusta merupakan penyakit menular dan saat itu belum ada obat untuk menyembuhkannya. Ini karena penularan bisa terjadi melalui sentuhan berulang dalam waktu lama dan juga melalui cairan tubuh seperti ketika penderita batuk atau bersin.
Seiring berjalannya waktu, para peneliti kemudian mengembangkan obat anti-kusta di tahun 1960-an. Hingga di tahun 1981, WHO merekomendasikan multidrug therapy (MDT) yang terdiri dari obat-obatan dapson, rifampisin dan clofaziminie.
Adapun tanda-tanda yang perlu diperhatikan untuk mendeteksi kusta meliputi:
- Bercak-bercak merah atau putih pada kulit yang tidak kunjung sembuh, tidak gatal, tidak sakit dan cenderung mati rasa atau berkurang kesensitifannya.
- Kelemahan otot hingga kelumpuhan
Apabila Anda menemukan gejala-gejala tersebut, segera periksakan ke dokter umum atau dokter kulit.
"Ingat, kuncinya adalah deteksi dini dan penanganan dini," katanya.