Golongan darah
Health

Orang dengan Golongan Darah A Paling Berisiko Kena Stroke, Ini Alasannya

Mia Chitra Dinisari
Selasa, 6 September 2022 - 12:18
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Penelitian mengungkapkan golongan darah seseorang mungkin terkait dengan risiko mereka mengalami stroke dini.

Dalam penelitian itu diungkapkan jika orang dengan golongan darah A lebih berisiko mengalami stroke dini dibandingkan dengan golongan darah lainnya. Sedangkan orang dengan golongan darah O paling minim berisiko stroke.

Jika disesuaikan dengan jenis kelamin dan faktor lainnya, peneliti menemukan bahwa orang yang memiliki golongan darah A memiliki risiko 16 persen lebih tinggi mengalami stroke dini dibandingkan orang dengan golongan darah lain. Orang yang memiliki golongan darah O memiliki risiko 12 persen lebih rendah terkena stroke dibandingkan mereka yang memiliki golongan darah lain.

"Meta-analisis kami melihat profil genetik orang dan menemukan hubungan antara golongan darah dan risiko stroke dini. Hubungan golongan darah dengan stroke onset lanjut jauh lebih lemah daripada apa yang kami temukan dengan stroke awal," kata peneliti utama studi Braxton D. Mitchell, PhD, MPH, Profesor Kedokteran di UMSOM dilansir dari Scitechdaily.

Studi sebelumnya menunjukkan bahwa mereka yang memiliki golongan darah A memiliki risiko sedikit lebih tinggi mengalami pembekuan darah di kaki yang dikenal sebagai deep vein thrombosis. 

Para ilmuwan menekankan bahwa peningkatan risiko sangat sederhana. Mereka mengatakan bahwa mereka yang bergolongan darah A tidak perlu khawatir mengalami serangan stroke dini atau melakukan pemeriksaan tambahan atau tes medis berdasarkan temuan ini.

 "Kami masih tidak tahu mengapa golongan darah A berisiko  lebih tinggi, tetapi kemungkinan ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit dan sel yang melapisi pembuluh darah serta protein sirkulasi lainnya, yang semuanya memainkan peran penting. berperan dalam perkembangan pembekuan darah," kata peneliti itu lagi.

Dalam penelitian berbasis meta-analisis baru itu menganalisa semua data yang tersedia dari studi genetik yang berfokus pada stroke iskemik, yang disebabkan oleh penyumbatan aliran darah ke otak, yang terjadi pada orang dewasa muda di bawah usia 60 tahun.

Studi ini dipimpin oleh Fakultas Kedokteran Universitas Maryland ( peneliti UMSOM), dan temuannya dipublikasikan pada 31 Agustus 2022 di jurnal Neurology.

"Jumlah orang dengan stroke dini meningkat. Orang-orang ini lebih mungkin meninggal karena peristiwa yang mengancam jiwa, dan mereka yang selamat berpotensi menghadapi disabilitas selama puluhan tahun. Meskipun demikian, ada sedikit penelitian tentang penyebab stroke dini," kata peneliti utama studi Steven J. Kittner, MD, MPH Profesor Neurologi di UMSOM dan ahli saraf di University of Maryland Medical Center.

Kittner dan rekan-rekannya melakukan penelitian dengan melakukan meta-analisis dari 48 penelitian tentang genetika dan stroke iskemik yang mencakup 17.000 pasien stroke dan hampir 600.000 kontrol sehat yang tidak pernah mengalami stroke.

Mereka kemudian meneliti semua kromosom yang dikumpulkan untuk mengidentifikasi varian genetik yang terkait dengan stroke. Mereka menemukan hubungan antara stroke awal – terjadi sebelum usia 60 – dan area kromosom yang mencakup gen yang menentukan apakah golongan darah adalah A, AB, B, atau O.

Selain dr. Kittner dan Dr. Mitchell, dosen UMSOM yang terlibat dalam penelitian ini antara lain Huichun Xu, MD, PhD, Associate Professor of Medicine; Patrick F. McArdle, PhD, Associate Professor Kedokteran; Timothy O'Connor, PhD, Associate Professor Kedokteran; James A. Perry, PhD, Asisten Profesor Kedokteran; Kathleen A. Ryan, MPH, MS, Ahli Statistik; John W. Cole, MD, Profesor Neurologi; Marc C. Hochberg, MD, MPH, Profesor Kedokteran; O. Colin Stine, PhD, Profesor Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat; dan Charles C. Hong, MD, PhD, Profesor Kedokteran Melvin Sharoky MD.

Keterbatasan penelitian ini adalah relatif kurangnya keragaman di antara peserta. Data tersebut berasal dari Early Onset Stroke Consortium, sebuah kolaborasi dari 48 penelitian berbeda di Amerika Utara, Eropa, Jepang, Pakistan, dan Australia. Sekitar 35 persen peserta adalah keturunan non-Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro