Bisnis.com, JAKARTA -Pemodelan baru yang dilakukan untuk WHO Eropa oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam dua tahun pertama pandemi, setidaknya 17 juta orang di seluruh dunia mengalami long covid.
WHO menambahkan durasi gejala minimal yang dialami penderita long covid itu yakni selama tiga bulan.
Laporan WHO juga mendukung beberapa studi penelitian yang menemukan bahwa wanita adalah penderita COVID panjang terburuk dibandingkan pria.
"Pemodelan ini juga menunjukkan bahwa perempuan dua kali lebih mungkin dibandingkan laki-laki untuk mengalami long COVID. Selain itu, risiko meningkat secara dramatis di antara kasus COVID-19 parah yang membutuhkan rawat inap, dengan satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki cenderung mengembangkan long COVID," kata laporan WHO dilansir dari Times of India.
Mengenai jumlah orang yang menderita long COVID, kata WHO, diperkirakan 10-20% mengembangkan berbagai efek jangka menengah dan panjang. Data ini juga telah ditemukan oleh berbagai peneliti.
WHO telah membuat daftar efek jangka panjang dari COVID sebagai kelelahan, sesak napas, dan disfungsi kognitif (misalnya, kebingungan, pelupa, atau kurangnya fokus dan kejelasan mental).
Secara khusus berfokus pada kesehatan mental, pengamat kesehatan global mengatakan penderitaan berkepanjangan akibat COVID yang berkepanjangan lebih mungkin berdampak pada kesejahteraan psikologis.
Terlepas dari gejala yang disebutkan, ada komplikasi tertentu lainnya yang terkait dengan long COVID.
Beberapa penelitian telah mengaitkan kerontokan rambut dengan long COVID. Sebuah studi penelitian memiliki telogen effluvium atau kerontokan rambut yang berlebihan dikaitkan dengan COVID. Studi menemukan bahwa kondisi ini terjadi satu hingga dua bulan setelah infeksi COVID dan lebih dari 60% orang mengalami kondisi ini.
Komplikasi utama lain akibat COVID yang lama adalah tinnitus atau sensasi berdenging di telinga. Sensasi berdenging atau berdengung yang mengganggu di telinga telah terlihat pada banyak orang setelah infeksi COVID. Sebelumnya tidak ada penelitian yang cukup tentang ini, namun secara bertahap setelah lebih banyak laporan seperti itu muncul, para peneliti menjadi tertarik pada hal ini dan menemukan hubungan antara kedua kondisi tersebut.
Komplikasi lain yang terkait dengan COVID yang lama adalah takikardia, masalah pencernaan, trombosis vena dalam, dan emboli paru.
Masalah kulit juga terlihat pada banyak orang setelah infeksi COVID.