Bisnis.com, JAKARTA - Di musim penghujan, ancaman banjir terjadi di beberapa kota tanah air, termasuk Jakarta.
Salah satu penyakit yang bisa timbul akibat banjir yang harus diwaspadai, selain diare adalah leptospirosis. Ini merupakan penyakit yang ditularkan melalui kencing tikus. Bakteri penyebabnya, leptospira, yang masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir saat berada dalam banjir, genangan air, selokan ataupun lumpur.
Berikut fakta-fakta mengenai penyakit leptospirosis yang harus diketahui berdasarkan laman Unit Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dan CDC.
Salah satu gejala leptospirosis, kekuningan pada kulit.
Perbedaan leptospirosis dengan penyakit musim hujan umumnya adalah alami kekuningan pada kulit. Meskipun pada beberapa kasus, orang tidak menunjukkan gejala apapun.
Berikut gejala lain yang juga mengiringi penyakit leptospirosis:
- Demam Mendadak
- Lemah
- Mata merah
- Sakit kepala
- Nyeri otot betis
- Ruam
- Diare
- Sakit perut
- Muntah
- Panas dingin
Bisa terjadi dalam dua fase
Setelah orang terinfeksi bakteri leptospira, menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), butuh waktu 2 hari sampai 4 minggu untuk munculnya gejala. Biasanya dimulai tiba-tiba dengan demam dan gejala lainnya.
Leptospirosis dapat terjadi dalam dua fase:
- Fase pertama dengan demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, muntah, atau diare, pasien dapat sembuh untuk sementara waktu tetapi menjadi sakit lagi.
- Fase kedua lebih parah dari fase pertama, meskipun tidak semua kasus mengalami fase kedua. Dalam fase kedua, pasien tersebut mungkin mengalami gagal ginjal atau hati atau meningitis.
Bisa sebabkan kematian
Meskipun terlihat seperti penyakit yang umum, terlebih saat banjir melanda, CDC mengungkap, leptospirosis bisa sebabkan kematian.
Hal ini bisa terjadi jika seseorang yang terinfeksi bakteri penyebab penyakit ini, namun tidak mendapatkan pengobatan.
Kondisi serius lain yang bisa ditimbulkan oleh leptospirosis tanpa pengobatan, adalah kerusakan ginjal, meningitis atau radang selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang, gagal hati, dan gangguan pernapasan.
Leptospirosis bisa diatasi dengan antibiotik
Penanganan leptospirosis bisa dengan menggunakan antibiotik seperti doksisiklin atau penisilin. Namun, beberapa jenis antibiotik tersebut harus diberikan pada awal perjalanan penyakit.
Jika gejala penyakit ini sudah semakin parah, antibiotik intravena mungkin diperlukan. Orang dengan gejala sugestif leptospirosis harus menghubungi fasilitas layanan kesehatan.
Karena penyakit ini timbul akibat bakteri yang masuk pada saat kulit kontak dengan genangan, maka cara terbaik mencegah penyakit ini adalah dengan melindungi kulit pada saat akan melakukan kontak tersebut.
Caranya bisa dengan menggunakan sepatu boots, baik saat membersihkan rumah selepas banjir, membersihkan selokan, dan aktivitas lain yang membuat kulit berkontak dengan genangan air.
Selain itu, Kemenkes juga menyarankan untuk selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah beraktivitas.