Aneka makanan manis
Health

Kebiasaan Konsumsi Makanan Manis Anak dan Remaja di Indonesia Masih Tinggi

Mia Chitra Dinisari
Jumat, 12 Mei 2023 - 20:46
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengungkapkan bahwa sebanyak 50% anak dan remaja Indonesia memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan manis.

Data mereka pada 2018 lalu juga menyatakan 32% dari mereka juga lebih banyak mengonsumsi makanan asin, 11% mengonsumsi makanan instan, dan 78% mengonsumsi makanan berpenyedap.

Tidak hanya itu, studi dari The 2022 Indonesian Report Card on Physical Activity for Children and Adolescents juga mengungkapkan fakta bahwa kurang dari 20% anak dan remaja Indonesia bergerak aktif secara fisik.

Oleh karena itu, upaya promosi kesehatan di lingkungan sekolah perlu mendapat perhatian lebih untuk mencegah kondisi ini semakin memburuk. 

Dikutip dari data UGM, Indonesia menempati posisi ketiga dalam konsumsi minuman berpemanis di Asia Tenggara, dengan jumlah konsumsi sebanyak 20,23 liter/orang/tahun.

Tingginya konsumsi minuman berpemanis ini  berkontribusi pada tingginya angka kematian dan sakit akibat kelebihan berat badan, obesitas, serta penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.

Saat ini, empat puluh tiga juta anak usia 0–5 tahun di seluruh dunia mengalami obesitas atau kelebihan berat badan, dan prevalensi obesitas pada anak diperkirakan meningkat dari 4,2% pada tahun 1990 menjadi 9,1% pada tahun 2020.

Di Indonesia, kasus PTM telah menjadi beban bagi masyarakat karena BPJS Kesehatan harus membayar 14,4 triliun pada 2017 untuk menangani kasus tersebut.

Tingginya konsumsi minuman berpemanis di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor pertama ialah lemahnya sistem regulasi di Indonesia yang mengatur tentang penjualan minuman manis.

Dalam UUD 1945 atau peraturan kementerian, tidak ada definisi standar minuman manis. Tidak adanya definisi standar ini menyebabkan minuman manis tidak dapat dijadikan sebagai produk regulasi.

Faktor kedua ialah terjangkaunya harga minuman manis di Indonesia. Rata-rata penjualan produk minuman manis di toko online seharga Rp 1.500,00 per 180 ml.

Faktor ketiga ialah gencarnya pemasaran minuman manis, salah satunya melalui iklan media massa. Di Indonesia, iklan minuman manis ditayangkan secara luas di keempat stasiun televisi swasta di Indonesia.

Waktu penayangan iklan ini paling tinggi pada hari Sabtu dan Minggu ketika program anak-anak ditayangkan pada pukul 06.00-21.00 WIB.

Fakta saat ini di Indonesia, 62% anak mengonsumsi minuman berpemanis setidaknya seminggu sekali.

Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang cukup terpapar dengan produk minuman manis. Sebuah penelitian di SDN Kebon Jeruk 01 Jakarta menunjukkan bahwa mayoritas jajanan yang dijual di kantin sekolah ialah makanan tinggi lemak dan kalori serta minuman tinggi gula.

Tidak hanya di Jakarta, penelitian di Semarang menunjukkan sampel makanan dan minuman di sekolah-sekolah ternyata mengandung pemanis buatan seperti sakarin dan siklamat.

Hal diperkuat dengan pernyataan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Semarang yang menyebutkan sekitar 66,7% makanan dan jajanan anak sekolah di Jawa Tengah belum memenuhi syarat kesehatan.

Muhammad Fahmi, Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta Timur mengatakan, Kemendikbudristek telah mencanangkan kampanye Sekolah Sehat berupa Revitalisasi Unit Kesehatan Sekolah (UKS) melalui Trias UKS, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Untuk mengatasi konsumsi makanan manis tersebut, Shierly Ge, Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia mengatakan, mereka rutin melaksanakan Program Sekolah Bersinar, yakni penyediaan prasarana penunjang gaya hidup aktif dan sehat di lingkungan sekolah.

"Kami berharap melalui program ini, dapat berkontribusi bagi kampanye Sekolah Sehat dari Kemendikbudristek dan mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat dan berprestasi.” ujarnya.

Johny Noya, General Manager Zonal Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Jawa (Sambawa) Wahana Visi
Indonesia menambahkan beberapa cara untuk meningkatkan aktivitas anak yakni membantu mendorong partisipasi anak melalui pelaksanaan dokter kecil dan memaksimalkan fungsi UKS untuk kegiatan edukasi gizi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan cara yang menyenangkan.

Edukasi imunisasi dasar untuk anak usia sekolah, serta implementasi program aktivitas fisik Build Our Kids’ Success (BOKS) yang telah diperkenalkan pertama kali di Indonesia tahun 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro