Bisnis.com, JAKARTA - Banyak orang mungkin mengetahui beberapa gejala diabetes seperti sering merasa haus, sering buang air kecil, kelelahan yang berlebihan, dan penurunan berat badan yang tidak dijelaskan.
Namun, beberapa orang mungkin tidak menyadari bahwa kadar gula darah yang buruk dapat menjadi faktor yang mendasari gejala-gejala ini.
Kadar gula darah yang buruk adalah karakteristik dari diabetes, di mana tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin dengan efektif.
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan berperan dalam mengatur kadar gula darah. Jika kadar gula darah terus-menerus tinggi, bisa menyebabkan komplikasi serius pada organ dan sistem tubuh.
Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat merusak pembuluh darah, saraf, dan organ vital seperti jantung, ginjal, mata, dan kaki.
Berikut adalah 5 gejala yang menandakan kadar gula darah yang buruk:
1. Brain fog
Brain fog bukanlah istilah yang secara khusus dikaitkan dengan kadar gula darah yang buruk. Namun, fluktuasi kadar gula darah yang signifikan, laju impuls antar neuron di otak dapat melambat.
Ketika gula tidak dapat masuk ke dalam sel dengan efektif, gula tersebut akan menumpuk dalam sirkulasi darah, menyebabkan hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi).
Peningkatan yang tiba-tiba ini dapat merusak pembuluh darah, yang mempengaruhi sirkulasi darah secara keseluruhan.
Aliran darah yang buruk ke otak dapat mengganggu kemampuan berpikir secara rasional dan memengaruhi fungsi kognitif
Dalam beberapa kasus, mungkin menyebabkan gejala yang mirip dengan brain fog, seperti kebingungan mental, kesulitan berkonsentrasi, dan perubahan suasana hati.
2. Rasa lapar yang terus-menerus
Rasa lapar yang terus-menerus atau ngidam makanan yang tidak hilang- hilang dapat menjadi indikasi kadar gula darah yang tidak seimbang.
Ketika terjadi fluktuasi glukosa yang signifikan dalam tubuh, hormon lapar dapat terpengaruh oleh lonjakan glukosa dan peningkatan kadar insulin.
Ketika kadar gula darah meningkat dengan cepat setelah mengonsumsi makanan yang mengandung banyak gula, tubuh akan melepaskan insulin untuk membantu menurunkan gula darah.
Selain itu, kadar insulin yang tinggi dalam tubuh juga dapat mempengaruhi sensitivitas hormon lapar seperti leptin, yang bertanggung jawab mengatur rasa kenyang.
Akibatnya, seseorang dapat merasa lapar terus-menerus meskipun sudah makan secara cukup.
3. Eksim
Eksim merupakan gangguan kulit inflamasi yang menyebabkan munculnya bercak kering pada kulit di seluruh tubuh.
Meskipun eksim dapat terjadi pada siapa saja, namun salah satu faktor yang dapat memicu atau memperburuk eksim adalah peningkatan kadar gula darah.
Gejala eksim sendiri meliputi kulit kering, gatal, peradangan, dan bercak kemerahan pada kulit.
Kadar gula darah yang tinggi dapat mempengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh dan mengganggu proses penyembuhan kulit, sehingga meningkatkan risiko eksaserbasi eksim.
Selain itu, peningkatan kadar gula darah dapat mempengaruhi keseimbangan mikrobiota kulit, yaitu komunitas bakteri dan jamur yang secara alami hidup di kulit. Gangguan pada keseimbangan ini dapat mempengaruhi kulit menjadi lebih rentan terhadap peradangan dan infeksi.
4. Kerontokan rambut pada wanita
Kerontokan rambut pada wanita dapat terkait dengan kadar gula darah yang tinggi atau tidak terkontrol.
Ketika kadar glukosa (gula) dalam tubuh wanita meningkat secara berlebihan, hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon testosteron.
Peningkatan hormon testosteron pada wanita dapat menyebabkan pertumbuhan rambut berlebih di area wajah dan kulit kepala yang jarang.
Selain itu, kenaikan yang signifikan dalam kadar gula darah dapat menyebabkan kerusakan rambut. Ketika aliran darah terbatas akibat lonjakan gula, sel-sel rambut menerima oksigen yang lebih sedikit.
Kekurangan oksigen ini dapat menghambat pertumbuhan rambut secara normal dan menyebabkan kerontokan rambut.
5. Jantung balap
Jantung balap adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana seseorang bangun dengan berkeringat dan jantung berdebar kencang pada pagi hari.
Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari lonjakan glukosa yang signifikan setelah makan malam sebelumnya.
Respons insulin ini dapat menyebabkan penurunan gula darah yang cepat, yang dapat memicu gejala seperti berkeringat dan jantung berdebar kencang pada pagi hari.
Untuk mencegah gejala ini, disarankan untuk mengonsumsi makanan rendah indeks glikemik (GI) yang bergizi saat makan malam.
Makanan dengan indeks glikemik rendah dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil, menghindari lonjakan yang signifikan, dan mengurangi risiko gejala jantung balap di pagi hari.
Pilih makanan yang kaya serat, protein, lemak sehat, dan karbohidrat kompleks, serta hindari makanan yang tinggi gula atau karbohidrat sederhana.