Bisnis.com, JAKARTA - Beban global diabetes adalah sekitar 422 juta dengan jumlah pradiabetes di seluruh dunia tumbuh secara substansial.
Pradiabetes adalah kondisi di mana kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari batas normal, tetapi belum cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes tipe 2. Ini dapat dianggap sebagai tahap prediabetes sebelum seseorang mengembangkan diabetes.
Faktor Penyebab Prediabetes
Direktur Senior Pusat Diabetes , Tiroid, Obesitas & Endokrinologi Ashok Kumar Jhingan menjelaskan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap prevalensi diabetes dan pradiabetes yang tinggi di dunia.
1. Faktor Genetik
Faktor genetik memiliki peran penting dalam kecenderungan seseorang untuk mengembangkan diabetes. Di India, ada faktor genetik yang kuat yang menyebabkan rentannya populasi terhadap diabetes.
2. Urbanisasi dan Perubahan Gaya Hidup
Dua hal ini telah menyebabkan peningkatan resistensi insulin, yang merupakan ciri khas dari pradiabetes.
Urbanisasi seringkali diikuti oleh gaya hidup yang kurang aktif dan kebiasaan makan yang tidak sehat, yang meningkatkan risiko pengembangan diabetes.
3. Obesitas Sentral dan Lemak Visceral
Tingkat obesitas sentral yang tinggi dan peningkatan lemak visceral (lemak yang terkumpul di sekitar organ dalam perut) berkontribusi pada resistensi insulin dan pradiabetes.
4. Kurangnya Aktivitas Fisik
Perubahan gaya hidup modern yang mencakup pekerjaan meja, penggunaan teknologi yang ekstensif, dan kurangnya aktivitas fisik secara keseluruhan telah berkontribusi pada peningkatan berat badan dan risiko pradiabetes.
5. Faktor Lainnya
Penyebab peningkatan kasus pradiabetes dan diabetes di India juga mencakup tekanan mental, penyakit Covid-19, dan dampak dari rawat inap yang berhubungan dengan penyakit tersebut.
Baca Juga Stress Juga Memicu Prediabetes |
---|
Apakah Harus Stop Konsumsi Karbohidrat?
Ashok Kumar Jhingan mengatakan asupan karbohidrat tidak bisa sepenuhnya disalahkan dalam kasus pradiabetes atau diabetes.
Meskipun asupan karbohidrat memainkan peran penting dalam pengaturan gula darah, terutama dalam hal indeks glikemik (kecepatan peningkatan kadar gula darah setelah makan), tetapi ada faktor lain yang juga berperan.
Dia tak memungkiri bahwa masakan beberapa negara sering mengandung berbagai macam karbohidrat, seperti nasi, mie, roti, dapat berdampak buruk pada kadar gula darah.
Namun, ini harus dilihat dalam konteks pola makan secara keseluruhan, ukuran porsi, dan metode memasak yang juga berperan dalam menentukan dampak pengendalian gula darah.
Memilih karbohidrat yang lebih sehat, mengatur porsi dengan bijak, dan mengimbanginya dengan asupan protein dan lemak sehat adalah pendekatan yang disarankan dalam pola makan yang seimbang.
Menurutnya, selama fase pradiabetes, pankreas masih menghasilkan cukup insulin sebagai respons terhadap karbohidrat yang dicerna.
Namun, insulin menjadi kurang efektif dalam mengeluarkan gula dari aliran darah, sehingga gula darah tetap tinggi. Konsumsi karbohidrat olahan dan yang dicerna dengan cepat dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang lebih tinggi.
Ketika seseorang mengonsumsi lebih banyak karbohidrat daripada yang dibutuhkan tubuh, kelebihan kalori disimpan sebagai lemak, yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan.
Lemak tubuh, terutama di sekitar perut, terkait dengan resistensi insulin. Oleh karena itu, mengawasi asupan karbohidrat dapat membantu menghindari lonjakan gula darah dan berat badan yang berlebihan.
Gejala Prediabetes
Prediabetes biasanya tidak memiliki tanda atau gejala yang jelas. Namun, salah satu tanda yang mungkin muncul adalah kulit yang menghitam di beberapa bagian tubuh seperti leher, ketiak, dan selangkangan.
Beberapa gejala umum prediabetes meliputi:
1. Meningkatnya rasa haus
2. Sering buang air kecil
3. Meningkatnya rasa lapar
4. kelelahan, penglihatan kabur
5. Mati rasa atau kesemutan di kaki atau tanga
6. Infeksi yang sering, luka yang sulit sembuh
7. penurunan berat badan yang tidak diinginkan.
Hal senada juga disampaikan Caterina Pesenti, Kepala Urusan Medis dan Ilmiah, IMEA di Roche Diabetes Care, banyak orang yang memiliki pre diabetes tidak menyadari kondisi ini telah dialami dirinya selama bertahun-tahun, lantaran tidak menunjukkan gejala yang jelas.
Caterina pun mengatakan, orang yang memiliki riwayat keluarga diabetes memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes. Oleh karena itu, mereka disarankan untuk secara teratur memeriksa kadar gula darah melalui pemantauan glukosa darah.
Hal ini membantu individu dengan prediabetes menjadi lebih sadar akan kadar glukosa darah mereka dan memahami bagaimana pilihan gaya hidup mereka memengaruhi kadar tersebut.
"Selain itu, individu yang memiliki kelebihan berat badan atau riwayat keluarga diabetes, serta mereka yang memiliki sindrom ovarium polikistik (PCOS), disarankan untuk memeriksa diri mereka sendiri secara teratur,”jelasnya.
Menurutnya, penting untuk diingat prediabetes dapat disembuhkan jika tindakan diambil dengan cepat. Namun, jika tidak ada tindakan yang dilakukan, konsekuensinya bisa menjadi serius.