Bisnis.com, JAKARTA – HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh kesulitan melawan infeksi maupun penyakit. Oleh karena itu, HIV merupakan penyakit yang bisa berujung pada kematian.
Selain itu, HIV sulit disembuhkan. HIV adalah salah satu virus yang sulit dihilangkan dari tubuh manusia. Penanganan yang sudah ada sejauh ini kebanyakan tidak bisa menyembuhkan seratus persen.
Namun, belakangan ini, transplantasi sel punca (stem cell) dinilai bisa menjadi solusi HIV. Sel punca adalah sel biologis yang memiliki potensi untuk beregenerasi menjadi bermacam jenis sel tubuh, sesuai kebutuhan.
Kemampuan sel punca untuk meremajakan diri menjadi sel tubuh tertentu membuat transplantasi sel punca bermanfaat dalam pengobatan bagian tubuh yang rusak atau terinfeksi.
Berbagai penyakit yang bisa disembuhkan dengan terapi sel punca adalah Parkinson, Alzheimer, diabetes tipe 1, hingga kanker. Hingga saat ini, sel punca masih terus diteliti untuk mendalami semua potensi yang bisa terjadi dengan pengobatan ini.
Terhadap pasien HIV, transplantasi sel punca pertama kali dilakukan pada 2009 kepada pasien Jerman, menurut laporan World Health Organization (WHO). Namun, transplantasi yang dilakukan awalnya hanya untuk menyembuhkan leukimia yang dimiliki pasien.
Setelah pengobatan, ditemukan bahwa selain penyakit leukimia yang sembuh, virus HIV juga ikut menghilang dari tubuhnya. Kondisi tersebut terus dipantau dan secara konsisten virus HIV tidak pernah kembali.
Pasien mendapat donasi sel punca dari seseorang yang memiliki gen CCR5. Gen ini mengkode permukaan sel darah putih yang digunakan HIV untuk menginfeksi sel baru. Mutasi CCR5 membuat HIV tidak bisa menginfeksi sel baru dan membuat pasien kebal terhadap HIV.
Sejak itu, transplantasi sel punca untuk pengobatan HIV mulai diteliti kembali. Dilansir dari Neuroscience News, per Mei 2023, sudah ada total lime pasien di seluruh dunia yang bebas dari HIV setelah menerima transplantasi sel punca. Kelimanya dinyatakan bebas HIV dengan pemantauan bertahun-tahun dan tidak ditemukan virus HIV di tubuh pasien.
Transplantasi sel punca bekerja dengan cara menyerang sel yang terinfeksi HIV karena teridentifikasi sebagai sel asing. Kemudian, sel punca juga memperbanyak diri menggantikan sel yang terinfeksi.
Meskipun sudah ada penanganan yang berhasil menyembuhkan pasien HIV dengan sel punca, WHO mengatakan bahwa pendekatan ini bersifat invasif, kompleks, dan berisiko tinggi. Metode ini juga dinilai belum layak untuk diterapkan secara global untuk seluruh pasien HIV di dunia.
Terlepas dari itu, penyembuhan HIV dengan sel punca menjadi angin segar bagi dunia medis. Dr Meg Doherty, Direktur Program HIV, Hepatitis, dan IMS Global WHO dalam laporan WHO mengatakan, “Meskipun ada tantangan kelayakan, kasus ini menjadi berita baik yang akan mendorong agenda penelitian penyembuhan HIV ke depannya.”