Skoliosis
Health

Skoliosis Bisa Ditangani dengan Deteksi Dini

Mia Chitra Dinisari
Kamis, 10 Agustus 2023 - 21:01
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Kesehatan Dunia atau WHO mencatat prevalensi skoliosis di Indonesia mencapai tiga sampai lima persen dari jumlah populasi. Kelainan pada tulang belakang tersebut ditemukan pada anak usia remaja usia sepuluh sampai 15 tahun.

dr Regina Varani dari Spine Clinic Family Holistic menjelaskan, skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang sering terjadi pd masa remaja. Kelainan ini penting untuk dideteksi secara dini, yaitu pada usia 10-13 tahun.

“Skoliosis yang terdeteksi pada awal masa pertumbuhan dan saat kurva masih mild to moderate memiliki kemungkinan terkoreksi jauh lebih besar dan lebih mudah ditangani,” tutur dokter yang juga instruktur SBP dan akupunktur tersebut.

Dia memaparkan, skoliosis yang berat dapat mengganggu kesehatan, menimbulkan keluhan yang dapat mengganggu produktivitas, menurunkan kepercayaan diri dan citra diri yang positif.

“Terapi konservatif yang tepat dapat membantu memperbaiki kondisi scoliosis. Naun  terapi konservatif tersebut harus bersifat spesifik sesuai kurva skoliosis yang dialami, yaitu brace gbw dan latihan schroth,” papar Regina.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah pasien skoliosis membutuhkan dukungan secara moral dari teman dan keluarganya. Sebab, terapi yang dilakukan dapat berlangsung dalam jangka Panjang.

Regina menekankan, pasien skoliosis tetap dapat hidup normal dan aktif selayaknya orang lain yang kondisi tubuhnya relatif normal.

Dia mengatakan penanganan skoliosis dengan menggunakan metode Schroth Best Practice (SBP) dan brace GBW (Gensingen Brace). Kedua metode ini telah diakui sebagai pengobatan konservatif (tanpa operasi) terbaik berdasarkan studi ilmiah (evidence based) yang berasal dari Jerman.

"Di Spine Clinic Family Holistic kami melakukan manajemen nyeri dan berbagai masalah kesehatan melalui teknik akupuntur, latihan fisik, manual terapi serta menggunakan alat-alat terapi yang mutakhir dan efektif. Peralatan itu antara lain ESWT (extracorporeal shockwave therapy/gelombang kejut), SIS (super inductive system/Elektromagnetik), TENS (elektrik), US (ultrasound), HIL (High Intensity Laser) dan LLLT (Low Light Laser Theraphy atau laser dingin)," paparnya.

Selain skoliosis, katanya, masyarakat juga harus sadar pentingnya penanganan berbagai macam cedera maupun peningkatan performa, baik pada kaum atlet maupun non atlet.

"Karena itu, klinik juga memberi layanan yang berhubungan dengan kedokteran olahraga demi terjaganya kesehatan dan produktivitas yang maksimal," tambahnya.

Dia melanjutkan, klinik juga berpartner dengan berbagai dokter spesialis (ortopedi, rehab medik, kesehatan olah raga, dan anak) dan fisioterapis dari berbagai rumah sakit di Indonesia.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro