Bisnis.com, JAKARTA - Teknologi membuat perkembangan yang sangat besar sehingga pola pengasuhan anak pun tidak bisa menghindarinya. Anak-anak, sejak dini, sudah terpapar teknologi dengan menggunakan gadget untuk bermain dan berinteraksi.
Paparan anak-anak terhadap gadget dan teknologi digital dapat memiliki dampak yang beragam pada perkembangan dan kesejahteraan mereka. Teknologi dalam pengasuhan anak memiliki beberapa dampak baik.
Dengan teknologi, pengasuhan anak memiliki banyak variasi. Anak-anak juga lebih cepat dalam menyerap informasi dari lingkungan. Namun, dampak negatifnya banyak juga.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua penggunaan gadget akan memiliki dampak buruk, tetapi penggunaan yang berlebihan atau tidak terkendali dapat menyebabkan beberapa masalah potensial. Lama anak menggunakan teknologi digital disebut dengan istilah screen time.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI Ahmad Suryawan menjelaskan bahwa dua jenis screen time, yakni screen time aktif dan screen time sedentary. Disebut sebagai screen time aktif ketika fisik anak bergerak aktif, contohnya bergerak mengikuti musik. Sementara itu, screen time sedentarian sebaliknya, anak-anak relatif pasif dan diam.
Orang tua perlu mengetahui bagaimana mengelola screen time anak untuk tumbuh kembangnya. Orang tua harus mengetahui terlebih dahulu perkembangan anak tiap tahunnya karena anak-anak memiliki perkembangan yang berbeda tiap tahunnya.
Tips parentinig bagi orang tua agar anak tidak kecandua HP:
1. Usia kurang dari dua tahun
Anak berusia kurang dari dua tahun memiliki sifat masih imatur dalam menyimpan memori, mengenali sesuatu, dan kemampuan atensi sehingga menggunakan teknologi digital dalam pengasuhannya kurang cocok. Anak yang berusia kurang dari dua tahun dianjurkan berinteraksi langsung dengan lingkungan.
Namun, teknologi digital juga bisa berperan dalam tumbuh kembang anak berusia kurang dari dua tahun, yakni dengan telepon video atau video call. Video call merupakan media interaktif untuk berkomunikasi dan keterlibatan anak-anak berusia kurang dari dua tahun bisa menambah kemampuan belajar kata-kata baru dengan catatan orang tua harus mendampingi selama proses tersebut.
Ketika anak berusia dua tahun mengonsumsi teknologi digital, seperti tontonan di media sosial, orang tua perlu tahu dulu bahwa anak-anak berusia dua tahun baru mengembangkan kosa kata dasar, seperti nama-nama orang di sekitarnya, benda di sekitarnya, dan kegiatan di sekitarnya. Perkenalan kata-kata dasar tersebut bisa bermanfaat untuk perkembangan kalimat di usia berikutnya.
“Sekarang lihat tv-nya, lihat youtube-nya, ada enggak komponen kata-kata yang saya sebutkan tadi [kata-kata dasar]. Kalau itu enggak ada semua, terancam anak ini enggak bisa komunikasi sehari-hari. Bahasa YouTubenya yang dia nanti akan bisa. Yang mungkin tidak dipakai sehari hari [kata-katanya],” kata dr. Ahmad.
2. Anak pra-sekolah (3-6 tahun)
Anak dengan usia tiga hingga enam tahun perlu mengembangkan fungsi eksekutif atau fungsi yang penting untuk kesuksesan sekolah, seperti mengembangkan memori dan mengontrol emosi. Perkembangan anak dengan usia ini hanya bisa terbentuk jika belajar dari lingkungan melalui interaksi berbalas. Fungsi eksekutif, seperti ketekunan, kreativitas, dan kontrol reaksi, diajarkan melalui kegiatan sosial, tidak terstruktur, dan interaksi orang tua-anak yang responsif.
Menggunakan teknologi digital dalam pengasuhan ini sangat berisiko. Contohnya, penggunaan buku digital ternyata berefek menurunkan tingkat pemahaman akan konten yang dibaca dan menurunkan daya interaksi dialogis orang tua dan anak.
Walaupun demikian, buku digital tidak sepenuhnya berdampak negatif pada anak-anak. Orang tua perlu mendampingi anak-anak dan membaca bersama.
“Lama penggunaan screen atau kapan anak boleh menggunakan gadget itu perlu ada rekomendasi dari tim pakar ya,” kata Ketua Pengurus Pusat IDAI Dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), pada media hari ini Rabu (30/8/23).
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), aktivitas screen time di bawah 12 bulan sama sekali tidak dianjurkan. Lalu, untuk anak berusia 18 hingga 24 bulan harus didampingi orang tua, seperti bermain bersama. Kemudian, untuk anak di atas 24 bulan screen time maksimal 1 jam per hari. Orang tua perlu memilih konten berkualitas dan mendampingi mereka.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua sebagai berikut:
1. Buat juga regulasi screen time untuk orang tuanya. Sebelum mengontrol screen time anak, kontrol terlebih dahulu screen time orang tua.
2. Jangan melakukan screen time di kamar tidur anak, selama anak makan, dan 1 jam sebelum tidur.
3. Tidak boleh digunakan untuk untuk menenangkan emosi anak
4. Mempunyai beberapa aktivitas lain untuk belajar, menenangkan emosi, dan memecahkan masalah.
Rekomendasi ahli sangat penting karena penggunaan layar pada anak usia dini memiliki beberapa kekhawatiran, seperti efek buruk.
Piprim menjelaskan beberapa di antaranya adalah terganggunya perkembangan kognitif, seperti kerusakan memori, penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah, dan karakter interaktif dan dinamis, mengganggu pola tidur, menghambat perkembangan sosial dan emosional, dan lainnya. (Salma Permata Dewi)