Bisnis.com, JAKARTA - Sakit punggung menjadi hal yang pernah dialami setiap orang. Penyebab umumnya karena pekerjaan yang terlalu berat atau kebiasaan duduk yang salah.
Namun, sebagian orang mengalami sakit punggung tanpa sebab. Dalam kasus seperti itu, mengelola perspektif seseorang tentang peran otak dalam nyeri kronis dapat membantu menghadapinya dengan lebih baik.
Dilansir dari Medicaldaily.com pada Kamis (05/10/2023), Dalam hasil penelitian yang diterbitkan JAMA Network Open menunjukkan hasil bahwa orang dengan sakit punggung kronis dan menjalani pengobatan yang disebut Pain Reprocessing Therapy (PRT) mengalami penurunan intensitas nyeri.
Para peneliti melakukan penelitian tentang hubungan penting antara otak dan rasa sakit. Fokus dari penelitian ini secara khusus adalah pada atribusi nyeri. Dengan menggunakan PRT, para peneliti mencoba membuat orang memahami bahwa penyebab nyeri kronis mereka sering kali berasal dari otak atau pikiran.
Proses penelitian ini melibatkan 150 orang dewasa dengan nyeri punggung kronis. 150 orang tersebut secara acak dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok yang menerima PRT, suntikan plasebo tidak aktif, dan perawatan biasa.
Hasilnya menunjukkan, ada penurunan intensitas nyeri punggung yang signifikan terhadap peserta yang menerima PRT. Tidak hanya itu, dua pertiga peserta yang menjalani PRT hampir atau sepenuhnya terbebas dari rasa sakit hanya dalam waktu empat minggu.
Hasil ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan kurang dari seperlima peserta yang menerima plasebo atau perawatan standar.
Dari hasil tersebut para peneliti menyimpulkan bahwa semakin banyak peserta mengubah perspektif mereka untuk mengenali faktor pikiran/otak, semakin rendah intensitas nyeri punggung mereka.
Para peneliti juga menyebutkan, seseorang yang mengalami sakit punggung kronis tidak memahami sinyal rasa sakit yang mereka alami pada dasarnya adalah “alarm palsu” yang seharusnya tidak perlu ditakuti.
Perlu diketahui, rasa sakit diproses di otak menggunakan banyak struktur dan jaringan yang sama seperti yang digunakan untuk memproses pikiran dan emosi. Hal itu yang menjadi penyebab rasa sakit terasa jauh lebih sakit ketika merasa takut atau sedih.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya rasa sakit yang dirasakan bisa dikontrol oleh penderitanya dengan mengontrol pikirannya tentang rasa sakit. (Ernestina Jesica Toji)