Bisnis.com, JAKARTA – Kejang adalah gelombang aktivitas listrik abnormal yang tiba-tiba di otak.
Kejang bertahan beberapa menit dan berhenti dengan sendirinya. Kejang sering terjadi, sekitar satu dari 10 orang akan mengalami satu kali kejang dalam hidupnya.
Sebagai orang tua, melihat seorang anak mengalami kejang bisa jadi mengkhawatirkan, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan adalah hal yang tepat.
Kejang tidak memiliki penyebab langsung yang jelas. Setelah evaluasi lebih lanjut, dokter baru akan menemukan penyebabnya, seperti kondisi genetik atau lesi di otak.
Kejang diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Kejang umum yang mempengaruhi kedua sisi otak.
• Kejang absen:
Terkadang disebut kejang petit mal, dapat menyebabkan kedipan cepat atau menatap ke atas selama beberapa detik.
• Kejang tonik:
Jenis kejang ini juga dikenal sebagai serangan jatuh. Orang yang mengalami kejang ini kehilangan kendali penuh atas ototnya dan tiba-tiba terjatuh ke tanah sehingga membawa risiko tinggi terjadinya cedera akibat terjatuh.
• Kejang klonik:
Jenis kejang ini melibatkan kedutan otot yang tidak disengaja atau kejang yang terjadi tiba-tiba, tanpa ketegangan otot terlebih dahulu.
• Kejang tonik-klonik:
Disebut juga kejang grand mal, yang dapat menyerang seseorang. Anak akan merasa lelah setelah kejang tonik-klonik, karena anak mungkin melakukan hal berikut:
• Berteriak.
• Hilang kesadaran.
• Jatuh ke tanah.
• Mengalami sentakan atau kejang otot.
• Kejang mioklonik:
Jenis kejang ini melibatkan sentakan atau kedutan cepat pada satu otot atau sekelompok otot terkait. Jika sentakan terjadi pada kaki, dapat menyebabkan terjatuh dan kemungkinan cedera.
2. Kejang fokal terletak hanya di satu area otak. Kejang ini juga disebut juga kejang parsial.
• Kejang fokal sederhana:
Mempengaruhi sebagian kecil otak. Kejang ini bisa menyebabkan kedutan atau perubahan sensasi, seperti rasa atau bau yang aneh.
• Kejang fokal kompleks:
Membuat bingung atau linglung. Anak tidak akan dapat menanggapi pertanyaan atau arahan hingga beberapa menit.
• Kejang umum sekunder:
Dimulai pada satu bagian otak, namun kemudian menyebar ke kedua sisi otak. Dengan kata lain, anak tersebut mula-mula mengalami kejang fokal, kemudian diikuti kejang umum.
Apa yang harus dilakukan jika anak menglami kejang? Sebagai orang tua, jangan panik ketika anak mengalami kejang. Tetap tenang dan lakukan hal yang tepat, seperti yang dilansir dari Kids Health berikut ini:
• Letakkan anak di lantai atau tanah, dan singkirkan benda apa pun di dekatnya.
• Baringkan anak miring agar tidak tersedak air liur.
• Jika anak muntah, segera bersihkan mulutnya dengan lembut menggunakan jari.
• Lepaskan pakaian apa pun di sekitar kepala atau leher yang mungkin mengganggu.
• Pastikan anak dapat bernapas dengan baik.
• Jangan mencoba untuk mencegah anak ketika gemetar karena hal ini tidak akan menghentikan kejang dan justru membuat anak semakin tidak nyaman.
• Jangan memasukkan apapun ke dalam mulut anak.
• Jangan memberi anak makanan atau minuman apa pun hingga anak benar-benar sadar.
• Perhatikan berapa lama anak mengalami kejang.
• Anak memerlukan waktu beberapa saat untuk kembali normal setelah kejang.
• Temani anak sampai dia bangun dan sadar, dan biarkan anak beristirahat setelah kejang.
Namun, jika anak mengalami kejang seperti pada ciri berikut ini, segeralah untuk menghubungi medis
• Kejang berlangsung lebih dari 5 menit atau mengalami kejang lebih dari sekali.
• Kesulitan bernapas ketika kejang.
• Perubahan warna pada bibir, lidah, atau wajah menjadi kebiruan.
• Tidak sadarkan diri selama lebih dari beberapa menit setelah kejang.
• Jatuh hingga kepalanya terbentur sebelum atau ketika kejang.
• Kejang saat berada di dalam air.
• Menunjukan gejala yang mengkhawatirkan. (Luygi Ambhara Putri)