Bisnis.com, JAKARTA - Tren pencarian film Dirty Vote di media sosial kian meningkat jelang Pemilu 2024, sejak dirilisnya pada 11 Feburari 2024 lalu.
Di tengah atmosfer politik yang memanas menjelang Pemilu 2024 di Indonesia, munculnya film dokumenter 'Dirty Vote' telah membawa gelombang baru dalam diskusi publik tentang integritas pemilihan umum.
Menurut analisis Drone Emprit, Volume percakapan sejak 10 Februari 2024 ketika film ini diumumkan akan dirilis di YouTube, kemudian saat diluncurkan pada 11 Febuari, hingga perdebatan di hari berikutnya, memperlihatkan tren yang terus meningkat.
Di Twitter, sentimen paling besar adalah negatif (50%) yang berisi kritikan kepada berbagai pihak yang disebut dalam film ini. Sentimen positif (43%) berisi dukungan pada film tersebut.
Peta SNA memperlihatkan hanya ada satu klaster besar yang mendukung film ini. Klaster yang kontra sangat kecil dan berada di pinggiran peta SNA. Ini memperlihatkan film ini memberi tekanan yang cukup besar sementara penolakan yang kurang signifikan di Twitter.
Dalam klaster besar pendukung film ini, berkumpul akun-akun yang selama ini dikenal sebagai pendukung Anies, pendukung Ganjar, juga yang netral.
Sedangkan klaster yang kontra tampak jauh lebih kecil. Mereka terpencar berada di pinggiran peta SNA. Akun-akun dalam klaster kontra ini selama ini dikenal sebagai pendukung Prabowo-Gibran.
Emosi paling dominan adalah "anger", "fear", dan "joy".