Bisnis.com, JAKARTA - Peringatan Hari Arsitektur Indonesia mengingatkan semua orang pentingnya peran arsitektur terhadap kokohnya pondasi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Arsitek lahir dengan berbagai kemampuan dan kecerdasan membangun negeri ini menjadi lebih berkembang dan berdaya.
Sejarah dari perayaan Hari Arsitektur Indonesia ini diawali dari buku yang berjudul “De Architecture” karya Marcus Vitruvius pada abad 88 SM- 26 SM. Marcus menuturkan bahwa dalam buku tersebut, terlihat jelas dunia arsitektur ini sudah hadir saat generasi manusia pertama.
Bentuk dari arsitektur ini berupa pembangunan di beberapa lingkup terdekat dengan cara sistematis dan terstruktur. Sejak saat itulah membuat banyak orang melihat secara terbuka mengenai karya arsitektur yang tidak pernah luntur sepanjang masa.
Baca Juga Pameran Arsitektur Usung Nuansa Alam |
---|
Pemerintah Indonesia resmi menetapkan Hari Arsitektur Indonesia setiap tanggal 18 Maret, dengan tujuan untuk menghargai dan memberikan apresiasi terhadap kinerja dan peran bagi setiap arsitek yang ada di Indonesia. Untuk itu, Anda sebagai masyarakat yang paham dan bijak harus turut serta mengapresiasi kinerja para arsitek yang telah membantu berbagai pembangunan yang ada di negara tercinta.
Simak beberapa arsitek di Indonesia dengan karya-karyanya yang indah dan memukau:
1. Slamet Wirasonjaya
Slamet Wirasonjaya atau yang kerap disapa SLW ini dikenal sebagai "Bapak Arsitektur Lanskap.” Sosok SLW berperan untuk merancang lanskap sekitar dengan memprioritaskan arsitektur ruang publik. Fokus dari SLW ini adalah memanfaatkan ruang publik untuk ditata secara baik dan benar.
Salah satu hasil dari karya SLW adalah Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. SLW berhasil merubah tatanan lanskap dari monumen tersebut menjadi lebih tersusun dan sejajar dengan konsep dasar sebuah pembangunan monumen.
Menurut pemikiran SLW, menjadi seorang arsitek bukan hanya pintar mendesain karya secara indah dari segi bangunan utama saja, melainkan dengan memperlihatkan fungsi bagi masyarakat yang ada di wilayah sekitar.
2. Frederich Silaban
Frederich Silaban merupakan salah satu orang yang ikut serta menyumbangkan berbagai karya hasil rancangan sejumlah bangunan yang memukau sejak Indonesia dinyatakan merdeka. Dia dikenal sebagai “Arsitek Pengukir Sejarah Toleransi.” Berasal dari latar belakang keluarga beragama Kristen, tidak membuat Frederich pantang untuk tetap berkarya dalam dunia arsitektur dengan nilai agama.
Salah satu karya dari Frederich yang dikenal hingga saat ini adalah Masjid Istiqlal yang berada di Jakarta Pusat. Karya ini dimulai atas keikutsertaannya dalam sayembara pembuatan desain untuk Masjid Istiqlal pada tahun 1955. Dia berhasil dipilih oleh Ir. Soekarno untuk menjadi arsitek yang merancang bangunan masjid tersebut.
Sebagai lulusan dari Academie van Bouwkunst Amsterdam, Dia berhasil menuangkan segala kemampuan dan bakatnya untuk mengembangkan pembangunan di Indonesia. Karya-karya dari Frederich banyak dikenang dan saat ini masih digunakan oleh banyak orang seperti Stadion Utama GBK, Markas TNI Angkatan Udara, Tugu Khatulistiwa Pontianak, dan masih banyak yang lainnya.
3. Achmad Noe’man
Sosok Achmad Noe'man menjadi salah satu sosok legendaris dan ternama di Indonesia. Ciri khas yang dimiliki oleh dirinya adalah kecondongan dalam merancang bangunan masjid. Maka dari itu Achmad Noe’man dikatakan sebagai “Arsitek Seribu Masjid.”
Dia merupakan lulusan ITB dan berhasil masuk ke dalam 18 arsitek muda Indonesia. Salah satu karya yang dimiliki oleh Achmad adalah Masjid Islamic Center (Jakarta), Masjid Salman ITB, dan salah satu masjid di luar negeri yaitu Masjid Syekh Yusuf di Afrika Selatan.
4. Daliana Suryawinata
Daliana menjadi salah satu arsitek perempuan di Indonesia yang berhasil masuk dalam “100 Women to Watch in Architecture” pada penghargaan Architizer A + Awards.
Dia berhasil mendirikan konsultan arsitektur bersama suaminya dengan nama Suryawinata Heinzelmann Architecture and Urbanism (SHAU). Salah satu karya dari konsep Daliana ini adalah Kampung Vertikal di Muara Angke sebagai antisipasi banjir di kawasan tersebut. (Maharani Dwi Puspita Sari)