Bisnis.com, JAKARTA - Penyakit jantung memiliki banyak penyebab, salah satunya gangguan yang disebabkan oleh pembesaran dinding pembuluh darah besar aorta, atau aneurisma, yang jarang memiliki gejala namun bisa menyebabkan kematian.
Sebagai pembuluh darah utama dan terbesar dari sistem peredaran darah, aorta memiliki fungsi sangat penting dalam mengalirkan darah kaya oksigen dari jantung ke seluruh tubuh melalui cabang-cabangnya. Karena perannya yang vital ini, adanya gangguan pada aorta dapat meluluhlantakkan tubuh hingga mengakibatkan kematian.
Risiko penyakit ini bisa terjadi karena pembesaran aorta bisa pecah sewaktu-waktu. Hal tersebut mampu menyebabkan terjadinya pendarahan masif dan syok. Sayangnya, pembesaran aorta ini dapat terjadi tanpa gejala sama sekali.
Konsultan Intervensi Kardiovaskular di Heartology Hospital, dr. Suko Adiarto mengatakan, pembesaran aorta paling sering terjadi di bagian perut, dan dada.
"Kelainan pada aorta atau aneurisma terjadi saat dinding aorta menebal dan tidak lagi mampu mempertahankan bentuknya, maka aorta lama kelamaan akan melemah dan tak dapat menahan tekanan darah di dalam. Akibatnya, dinding aorta bisa pecah hingga menyebabkan perdarahan yang berujung pada pada kondisi kritis hingga kematian," jelas dr. Suko dalam keterangan pers, Jumat (3/5/2024).
Kondisi aneurisma ini umumnya berkembang secara lambat dan bisa terjadi selama bertahun- tahun. dr. Suko mengungkapkan, jika aneurisma aorta masih berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
"Oleh karena itu, penting bagi mereka yang berisiko tekanan darah tinggi untuk melakukan pemeriksaan rutin melalui ultrasonografi dan pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah dan denyut jantung," ujarnya.
Namun saat ukuran aneurisma tergolong besar dan tidak segera ditangani, beberapa komplikasi bisa saja muncul seperti diseksi aorta, yaitu robeknya lapisan dinding pembuluh darah aorta.
Gejala Aneurisma Aorta
Dr. Suko menjelaskan berbagai gejala yang perlu diwaspadai saat penyakit muncul, berikut ini:
1. Nyeri dada
2. Nyeri punggung
3. Sesak napas.
Namun, untuk mengembalikan fungsi aorta agar dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh secara normal dan menurunkan risiko pecahnya pembuluh darah aorta, ternyata tak perlu sampai melakukan operasi besar.
Dr. Suko menyebutkan, ada prosedur medis minimal invasif yang mampu menempatkan alat melalui lubang kecil di pangkal paha yang dikenal sebagai TEVAR (Thoracic Endovascular Aortic Repair) yang dilakukan pada rongga dada dan EVAR (Endovascular Aneurysm Repair) yang dilakukan perut.
"Metode EVAR dan TEVAR sering dilakukan sebagai tindakan minim sayatan sehingga pasien tidak memerlukan tindakan bedah besar hingga membuka rongga dada, melainkan dilakukan secara intervensi cukup dengan memasang stent graft ke dalam pembuluh darah aorta," jelasnya.
Perangkat ini terbuat dari jaring logam berlapis yang akan terbuka penuh di bawah sinar-X. Nantinya, alat tersebut mampu menguatkan aorta agar tetap terbuka dan memperbaiki dinding pembuluh darah yang membentuk kantung aneurisma.
Kedua prosedur ini memiliki keuntungan dibandingkan dengan tindakan bedah besar, dari waktu pemulihan yang lebih cepat, risiko komplikasi yang lebih rendah, dan prosedur yang lebih sedikit invasif.
Faktor Risiko Aneurisma Aorta
Dr. Suko menyebutkan, salah satu faktor pencetus aneurisma aorta adalah faktor genetik. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko penyakit ini muncul, seperti rutin berolahraga, menjaga tekanan darah tetap normal, konsumsi makanan sehat rendah lemak dan kolesterol, hentikan kebiasaan merokok, dan juga menjaga berat badan agar tetap ideal.