Bisnis.com, JAKARTA – Banyak orang percaya mengonsumsi susu mentah atau susu yang tidak pasteurisasi memiliki segudang manfaat yang baik untuk kesehatan. Mereka berpendapat susu yang telah dipasteurisasi akan menghilangkan kandungan nutrisi dalam susu.
Pasteurisasi merupakan proses sterilisasi makanan atau minuman dari bakteri sebelum dipasarkan sehingga mencegah dari masalah kesehatan seperti flu burung.
Menurut Associated Press, pada tahun 2022, 5% orang dewasa di AS mengonsumsi susu mentah sebanyak satu kali dalam setahun. Bahkan dari laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan 27 negara bagian AS telah memperbolehkan penjualan susu mentah.
Padahal mengonsumsi susu mentah dapat menyebabkan penyebaran penyakit dari hewan ke manusia seperti flu burung atau penyakit lainnya berupa demam, sakit kepala, diarem nyeri tubuh, serta masalah lainnya.
Dilansir FDA, berikut mitos-mitos mengonsumsi susu mentah:
1. Kandungan Bakteri Susu Mentah Lebih Bermanfaat
Susu mentah dipercaya mempunyai kandungan bakteri yang bermanfaat bagi tubuh hanyalah mitos belaka. Sebaliknya, susu mentah dapat menjadi sumber patogen bagi tubuh manusia seperti salmonella, streptococcus spp. Yersinia enterocolitica, campylobacter jejuni, hingga coxiella burnetti. Masuknya bakteri ke tubuh manusia dapat mengakibatkan masalah pencernaan.
Kontaminasi bakteri ke dalam susu disebabkan oleh hewan yang terinfeksi, lingkungan sekitar susu seperti tanah dan kotoran, serta peralatan perah yang tidak steril. Adapun bifidobacteria yang dipercaya sebagai “serangga baik” untuk tubuh. Namun, adanya bakteri itu dalam susu mentah berhubungan dengan kontaminasi tinja dan buruknya kebersihan kandang.
2. Susu Mentah Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
Mitos kedua adalah susu mentah dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Padahal pada beberapa kasus pencernaan disebabkan oleh kontaminasi bakteri pada susu mentah. Di tahun 2005, Washington dan Oregon dilanda wabah E.coli akibat anak-anak mengonsumsi susu mentah dan beberapa diantaranya menderita sindrom uremik hemolitik (HUS).
Sindrom uremik hemolitik adalah gangguan sistem imun yang menyebabkan penderitanya mengalami anemia, gagal ginjal akut dan masalah trombosit yang rendah. Lebih lanjut, di California, pada September 2006, ditemukan sekitar delapan anak terjangkit HUS akibat susu mentah yang tidak dipasteurisasi.
Susu mentah juga dikaitkan dengan peningkatan imunoglobulin yang mendukung sistem kekebalan tubuh. Padahal imunoglobulin dalam susu mentah tidak berdampak signifikan terhadap imunitas tubuh.
3. Kandungan protease dan Lipase dalam Susu mentah Dipercaya Memperlancar Pencernaan
Mitos selanjutnya adalah susu mentah dipercaya kaya akan protease dan lipase yang membantu sistem pencernaan dalam tubuh. Protease mengandung plasmin untuk meningkatkan kualitas susu dan pematangan keju. Namun, aktivitas plasmin yang tinggi dapat mempercepat umur susu dengan jumlah sel somatik yang tinggi.
Kandungan itu meningkat signifikan ketika susu tidak melalui proses pasteurisasi dan berhubungan terinfeksinya hewan dengan mastitis. Susu dari sapi mastitis menghasilkan kualitas yang rendah dan memiliki banyak kandungan patogen, di mana pantogen hanya akan memperburuk kesehatan manusia dan tidak memiliki hubungan dengan memperlancar pencernaan.
Selain itu, menurut FDA lipase dalam susu mentah tidak memiliki peran penting dalam sistem pencernaan. Lipase pada susu mentah adalah lipase dari sel somatik yang disekresikan dari mikroorganisme tidak sehat. Meski telah pun sebagian besar lipase hilang saat proses pasteurisasi, hal itu tidak akan mempengaruhi nilai gizi susu. Tak hanya itu, menonaktifkan sebagian besar lipase dapat mencegah susu dari rasa tengik dan cacat kualitas.
4. Susu Mentah Mengandung Nisin Penghambat Patogen
Mitos selanjutnya adalah susu mentah mengandung nisin untuk menghambat patogen. Terkandungnya nisin dalam jumlah besar di dalam susu mentah menunjukan kualitas kebersihan peternakan dan sistem pendinginan yang buruk.
Nisin merupakan antimikroba kecil yang diproduksi oleh strain tertentu seperti lactococcus lactis subsp, laktis, selama fase pertumbuhan eksponensial organisme tersebut. NIsn diklaim dapat menghambat pertumbuhan patogen, padahal hal itu tidak memiliki landasan ilmiah.
5. Susu Mentah Menjaga Kandungan Folat
Bagi para pendukung susu mentah, kandungan folat lebih terjaga jika tidak mengalami proses pasteurisasi. Tapi hal itu hanyalah mitos belaka. Pasalnya, kandungan folat tetap terikat pada protein pengikat folat (FBP) setelah susu menjalani pasteurisasi dan hanya mengalami penurunan sedikit.
Sebuah penelitian mengamati kandungan folat setelah susu di pasteurisasi pada suhu 75 derajat celcius selama 16 detik. Penurunan kandungan folat terjadi dari 8 gram/100 gram menjadi 6.4 gram/100 gram saat dipasteurisasi pada suhu 74 derajat celcius selama 15 detik.
6. Susu Mentah Dapat Menyembuhkan Asma dan Alergi
Susu mentah dapat menyembuhkan asma dan alergi adalah mitos. Sebuah penelitian PARSIFAL menyimpulkan bahwa susu mentah berpeluang terkontaminasi patogen seperti salmonella atau EHEC sehingga dapat memicu masalah kesehatan yang serius. Selain itu, susu mentah maupun susu pasteurisasi dilaporkan sama-sama memicu alergi kepada anak-anak yang intoleran terhadap susu sapi.
7. Susu Mentah Dipercaya Efektif Cegah Osteoporosis dibanding Susu Pasteurisasi
Susu mentah mampu mencegah osteoporosis adalah mitos. Bahkan terdapat sebuah asumsi yang mengatakan susu mentah lebih baik dibandingkan susu pasteurisasi. Sebuah penelitian menemukan bahwa konsentrasi kalsium pada susu pasteurisasi tidak mengalami perubahan apapun, sehingga susu pasteurisasi tidak mengurangi kadar kalsium dan jauh lebih aman serta sehat untuk dikonsumsi. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)