Dampak memiliki sifat people pleaser bagi kesehatan mental
Karena kebiasaan yang selalu mengorbankan diri sendiri, tidak heran bila sifat people pleaser ini sangat buruk bagi kesehatan mental.
Simak dampak sifat people pleaser bagi kesehatan mental:
1. Frustasi
Menjadi seorang yang selalu mendahulukan kebutuhan orang lain bisa menimbulkan perasaan marah dan frustasi karena mengetahui orang lain memanfaatkan kebaikan yang diberikan. Perasaan ini kemudian bisa menimbulkan rasa menyesal dan mengasihani diri sendiri.
2. Cemas dan stres
Upaya untuk membuat orang lain senang bisa membuat tingkat stres dan cemas meningkat karena tidak dapat menyisihkan waktu untuk diri sendiri. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan mental seseorang dan berisiko menimbulkan stres kronis.
3. Energi terkuras
Membuat orang lain senang dapat menguras sumber daya fisik dan mental seseorang. Energi yang dimiliki selalu habis untuk memastikan bahwa orang lain mendapatkan apa yang diinginkan, sementara di satu sisi selalu menelantarkan keinginan dirinya sendiri.
Pada dasarnya ada perbedaan antara melakukan sesuatu untuk membantu orang lain dan melakukan sesuatu karena ingin menyenangkan orang lain.
Membantu orang lain tidak didasarkan pada perasaan terpaksa dan tidak mengharapkan timbal balik. Sementara, bila melakukan sesuatu untuk menyenangkan orang lain, didasarkan pada rasa takut ditolak dalam lingkungan dan takut berkata ‘tidak’.
Cara berhenti menjadi seorang people pleaser
Untuk menghentikan kebiasaan buruk ini, seseorang perlu merasa percaya diri dan tegas terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Dengan rasa percaya diri, seseorang bisa menjadi dirinya sendiri apa adanya tanpa perlu validasi orang lain dan tanpa perlu merasa harus diterima.
Percaya diri dan tegas juga membantu seseorang untuk berani menetapkan batasan dan berani mengatakan ‘tidak’ dari hal-hal yang mungkin merugikan. Hal ini sangat penting, tetapi juga sulit dilakukan. Terkadang seseorang yang tidak bisa menetapkan batasan tidak sadar bahwa dirinya sedang dieksploitasi oleh orang-orang di sekitarnya yang menganggap dirinya remeh.
Oleh sebab itu, perlu menetapkan batasan yang sehat dengan orang lain agar terhindar sifat eksploitasi tersebut dan berani untuk mengatakan ‘tidak’ pada orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang terlalu dekat. (Jesslyn Samantha Rumiris Lumbantobing)