Paru-paru sehat/nebraska medicine
Health

Vaksin Tuberkulosis (TB) Dalam Tahap Uji Klinis Fase 3, Baru Tersedia Akhir 2028

Mutiara Nabila
Senin, 24 Maret 2025 - 17:46
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global yang signifikan, termasuk di Indonesia, meskipun sejak bayi sudah ada pemberian vaksin BCG. 

Menurut Global Tuberculosis Report 2024 yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2023 terdapat sekitar 10,8 juta kasus baru TB di dunia, dengan 1,25 juta kematian akibat penyakit ini. 

Adapun Indonesia berada di peringkat kedua dengan jumlah kasus TB terbanyak di dunia, menyumbang sekitar 10% dari total kasus global. 

Pada 2023, terdapat sekitar 1.090.000 kasus baru TB di Indonesia dengan angka kematian mencapai 130.000 jiwa, atau sekitar 17 kematian setiap jam.  

Tuberkulosis atau TB adalah penyakit yang telah dikenal sejak zaman dahulu, bahkan teridentifikasi dari temuan lesi TB di mumi. Bakteri penyebab TB, Mycobacterium tuberculosis, pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada 1882. 

Peneliti Nasional Vaksin TB Prof. Erlina Burhan menjelaskan bahwa selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi TB, termasuk pengembangan vaksin BCG pada 1921 dan obat-obatan sejak 1940-an, penyakit ini masih menjadi ancaman kesehatan global.  

Meskipun terjadi sedikit penurunan dari tahun sebelumnya, TB tetap menjadi penyebab utama kematian akibat penyakit menular secara global. Oleh karena itu, diperlukan vaksin untuk remaja dan dewasa. 

"Meskipun vaksin BCG telah digunakan selama lebih dari satu abad, efektivitasnya dalam mencegah TB paru pada remaja dan dewasa masih terbatas. Ini menjelaskan mengapa TB masih menjadi masalah kesehatan meskipun cakupan imunisasi BCG di Indonesia cukup tinggi," ungkapnya dalam konferensi pers daring, Senin (24/3/2025).  

Perkembangan Terkini Vaksin Tuberkulosis 

Dalam langkah menghabus kasus Tuberkulosis di Indonesia, terutama pada remaja dan dewasa, sesuai pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati. 

Oleh karena itu, saat ini tengah dikembangkan vaksin untuk pencegahan TB, yang merupakan vaksin dengan fase yang paling maju dibanding vaksin TB yang lain.

Vaksin tersebut adalah vaksin kandidat M72/AS01E sedang menjalani uji klinis fase 3 yang dimulai pada Maret 2024. Uji coba ini berlangsung di lima negara, termasuk Indonesia, dengan melibatkan hingga 20.000 peserta, termasuk individu dengan HIV. 

"Jika berhasil, M72/AS01E bisa menjadi vaksin pertama dalam lebih dari satu abad yang mencegah TB paru pada remaja dan dewasa," ungkap Erlina.

Sampai pengujian saat ini, vaksin M72/AS01E telah menunjukkan perlindungan sekitar 50% dalam uji klinis fase 2b selama tiga tahun pada orang dewasa yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. 

WHO memperkirakan bahwa dalam jangka waktu 25 tahun, tingkat perlindungan ini dapat menyelamatkan 8,5 juta jiwa, mencegah 76 juta kasus baru TB, dan menghemat biaya sebesar US$41,5 miliar bagi rumah tangga yang terdampak TB. 

Sejak 2022, Indonesia menjadi salah satu lokasi utama dalam uji klinis fase 3 vaksin M72/AS01E. Hingga Maret 2025, jumlah subjek yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini di Indonesia hampir mencapai 2.000 orang. 

"Hal ini menunjukkan komitmen kuat Indonesia dalam mendukung inovasi dan penelitian untuk menemukan solusi yang lebih efektif dalam memerangi TB," ujarnya. 

Adapun, Erlina menyebutkan dari kondisi saat ini, vaksin TB yang sedang diteliti diperkirakan baru akan tersedia di akhir 2028. 

"Selama menunggu tiga tahun, kita tetap harus mengoptimalkan program dan strategi yang ada sampai menunggu vaksin tersedia, dan menyiapkan rencana untuk implementasi dan distribusi vaksin TB baru ini," kata Erlina.   

Meski demikian, keberhasilan vaksin tidak hanya diukur dari efektivitasnya dalam uji klinis, tetapi juga dari kemampuannya menjangkau dan diterima oleh masyarakat luas. 

Prof. Erlina menekankan empat aspek penting yang perlu diperhatikan. Pertama terkait dengan ketersediaan, bagaimana vaksin harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan berkelanjutan.  

Kedua, tentang aksesibilitas, di mana vaksin harus dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok rentan. Ketiga soal keterjangkauan, ketika biaya vaksinasi tidak boleh menjadi penghalang orang untuk mendapatkan vaksin. 

Keempat terkait edukasi dan komunikasi risiko, yang tepat sangat penting untuk memastikan masyarakat memahami manfaat vaksin.  

"Dengan meningkatnya beban TB di Indonesia, upaya untuk mengembangkan vaksin yang lebih efektif harus didukung oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, peneliti, serta masyarakat luas. Vaksin M72/AS01E memberikan harapan baru dalam pencegahan TB, sehingga memerlukan waktu dan dukungan agar dapat tersedia untuk masyarakat yang membutuhkan," imbuhnya.

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro