Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia patut berbangga. Pasalnya, salah satu film animasi dua dimensi atau 2D berjudul Battle of Surabaya karya anak bangsa perlahan berhasil mencuri perhatian dunia.
Melalui cuplikannya (trailer), film tersebut berhasil memenang kan penghargaan baik berskala nasional maupun internasional. Beberapa di antaranya sebagai nominasi trailer film animasi asing terbaik di ajang The First Annual Golden Trailer Award Hollywood 2014, juga sebagai Winner International Movie Trailer Festival People’s Choice California 2013.
Adapun penghargaan berskala nasional yang berhasil diraihnya seperti pemenang penghargaan animasi digital INICTA dari Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia 2012. Selain itu juga penghargaan Indigo Fellowship dari PT. Telekomunikasi Indonesia.
“Melalui proyek Battle of Surabaya kami ingin mengajarkan cinta sejarah Indonesia melalui media yang disukai [yaitu] animasi,” ujar Chief of Public Relations MVP Pictures Animation Studio Erika Diana Rizanti dalam media gathering XXI Short Film Festival di Mall Kota Kasablanka di Jakarta, Kamis (18/12/2014).
Dia menambahkan Perang Surabaya digunakan sebagai latar karena menilai peristiwa bersejarah tersebut sebagai pertempuran terbesar kedua setelah Perang Dunia II.
Momen itu juga dianggap sebagai tonggak sejarah yang membuat Belanda lebih memilih jalan diplomasi ketimbang perang dalam menghadapi Indonesia. Pidato Bung Tomo yang menggugah juga menjadi salah satu inspirasi pembuatan film ini.
Film animasi dua dimensi ini adalah kolaborasi antara Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STIMK) AMIKOM Yogyakarta dengan salah satu anak usahanya MVP Pictures Animation Studio, yang berdiri di bawah bendera PT. Mataram Surya Visi Sinema.
Proses pembuatan film ini menghabiskan dana hingga Rp15 miliar dengan proses produksinya yang memakan waktu hingga tiga tahun. Rencananya, film ini akan ditayangkan di bioskop pada Agustus 2015.
Battle of Surabaya mengisahkan remaja usia 13 tahun bernama Musa, yang menjadi penyemir sepatu sekaligus kurir surat rahasia bagi para pejuang kemerdekaan di Surabaya pada 10 November 1945. Cerita tersebut menggambarkan perjuangan Musa mengalahkan egonya, sehingga menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri.