Bisnis.com, JAKARTA -- Memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara langsung kepada sang buah hati merupakan momen paling berharga bagi seorang ibu. Tatapan mata dan pelukan hangat antara keduanya kian mempererat bonding atau ikatan kasih sayang yang terjalin.
Proses pemberian ASI bukan hanya sekadar memberi makanan kepada bayi. Lebih dari itu, diperlukan ketulusan, kepekaan, dan stimulus. Sebab, menyusui bukanlah perkara mudah tetapi juga bukan sesuatu yang sulit dijalankan.
Memang, pada minggu-minggu awal menyusui, tak jarang ibu mengalami berbagai kendala. Mulai dari perasaan canggung dan lelah karena harus menyusui setiap dua jam, belum lagi ketika air susu yang dihasilkan dinilai tidak mencukupi, hingga posisi pelekatan bayi yang belum sempurna.
Namun, hal tersebut bukanlah penghalang ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada si buah hati. Sebab, ASI merupakan nutrisi terbaik, tidak hanya bagi tumbuh kembang fisik tetapi juga batinnya.
“Di situlah seni menyusui, setiap Ibu harus memahami berbagai informasi dan keterampilan dalam proses menyusui sehingga bayi benar-benar mendapatkan nutrisi terbaik dari ASI sekaligus merasakan kasih sayang tulus seorang ibu,” ujar dokter spesialis anak sekaligus Ketua SATGAS ASI Indonesia, dr. Elizabeth Yohmi SpA.
Menurutnya nutrisi terbaik dari ASI akan didapatkan secara sempurna ketika posisi dan pelekatan dalam proses menyusui sudah tepat. Sebab, jika pelekatannya tidak tepat, maka ASI yang didapatkan bayi menjadi tidak akan maksimal, hal ini tentu saja membuatnya kekurangan nutrisi.
Menunda pemberian Inisiasi Menyusui Dini atau IMD dengan alasan yang tidak jelas, sambungnya, juga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan bayi kekurangan nutrisi. Dampak terburuknya bisa menyebabkan kematian.
Berdasarkan data dari World Health Organization, 53% penyebab kematian pada bayi disebabkan kurangnya nutrisi yang didapatkan bayi pada masa vital ketika perkembangan otak di periode emas kehidupannya.
Posisi Ideal
Yohmi memaparkan ada beberapa posisi terbaik yang dapat dilakukan oleh ibu dalam proses menyusi sehingga pelekatannya pas. Hal paling utama ialah ibu dan bayi harus berada dalam posisi senyaman mungkin, bisa dengan menggunakan bantuan bantal.
Setelah itu, letakan bayi pada lengan ibu sehingga wajah bayi menghadap ke payudara. Kemudian, perut atau dada bayi harus dalam posisi menempel pada perut ibu sehingga seluruh badan bayi sepenuhnya menghadap ke badan ibu.
Telinga bayi membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi berada dalam posisi lurus. Hidungnya harus berada di sekitar putting tapi jangan sampai tertutup, dan dagu berada pada bagian bawah payudara.
“Ibu juga harus memperhatikan bahwa punggung bayi tersanggah dengan baik. Posisi ini akan membuat bayi mudah menghisap dan pelekatan akan sempurna,” tuturnya.
Hal yang paling penting lainnya ialah, mulut bayi harus masuk hingga aerola, karena disitulah letaknya saraf-saraf yang terhubung langsung dengan ASI. Jika hanya putting yang dihisap, maka pelekatannya belum sempurna sehingga tak heran jika bayi bisa menyusui berjam-jam dan susah kenyang karena ASI tidak keluar secara sempurna. Akibatnya, bayi menjadi rewal, dan putting ibu menjadi lecet.
“Untuk menghindari lecet pada putting, ibu juga dapat mengoleskan sedikit ASI yang diperah pada sekitar putting dan aerola.”
Selain itu, dalam proses menyusui, ibu juga harus memberikannya dengan tulus dan tanpa terpaksa. Sebab, bayi akan merasakan emosi dari ibu. Jika ibu senang, hormon oksitoksin akan memproduksi ASI dengan banyak sehingga bayi juga akan kenyang.
Sebaliknya, jika emosi ibu negatif maka akan membuat produksi ASI menurun, bayi pun merasa tidak nyaman yang akhirnya membuat dia rewel bahkan menolak untuk menyusu.
Salah satu ibu yang berhasil dalam proses menyusui ialah artis dan penyanyi Widi Mulia. Istri dari Dwi Sasono ini menceritakan perjuangannya dalam memberikan ASI ekslusif kepada ketiga buah hatinya yaitu Dri Prawiro Sasono, Widuri Putri Sasono, dan Den Bagus Satrio Sasono.
Menurutnya, keberhasilan dalam menyusui ketiga buah hatinya tersebut tidak lepas dari dukungan dan semangat yang diberikan oleh suaminya. “Benteng pertahanan saya adalah suami. Intinya temukan rasa nyaman,” ujarnya.
Selain itu, ketika menjadi ibu baru, Widi juga tidak malas untuk mencari informasi dari berbagai sumber. Mulai dari dokter, sharing dengan ibu-ibu yang telah lebih berpengalaman, buku, hingga internet.
Namun, seorang ibu juga harus pintar dalam mencari informasi yang benar-benar terpercaya. Jika tidak yakin dengan suatu informasi, bisa ditanyakan pada ahlinya.
Widi sendiri mengakui dari pengalamannya memberikan ASI kepada ketiga buah hatinya banyak manfaat yang dirasakan, salah satunya ialah mempererat bonding.
Tidak tanggung-tanggung, salah satu personel B3 ini berhasil menyusui anak sulungnya Drew hingga berusia 2 tahun 7 bulan; anak kedua hingga 2 tahun 9 bulan, dan putra bungnsunya Den Bagus hingga berusia 3,5 tahun.
“Bonding yang terjalin antara aku dan anak itu yang bikin aku ketagihan menyusui. Makanya waktu itu aku mau punya anak ketiga karena kangen menyusui,” tuturnya.