Bisnis.com, JAKARTA -- Jumlah ibu di Indonesia yang berhasil memberikan Air Susu Ibu secara ekslusif kepada buah hatinya selama 6 bulan terbilang masih rendah.
Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2017 hanya sekitar 35% ibu yang sukses memberi ASI ekslusif 6 bulan, di bawah rekomendasi WHO sebesar 50%.
Padahal, ASI merupakan nutrisi terbaik yang harus diberikan kepada bayi sehingga dapat membantu tumbuh kembangnya secara optimal menjadi anak yang sehat dan cerdas.
Berbagai faktor mempengaruhi rendahnya angka pemberian ASI ekslusif. Kondisi ibu yang stres dan kelelahan karena harus kembali bekerja setelah cuti melahirkan, dapat menyebabkan produksi ASI menurun.
Begitu pula dengan faktor lain seperti ketika ibu sakit, puting lecet, atau harus pergi ke luar kota dalam jangka waktu lama sehingga tidak memungkinkan menyusui secara langsung, juga dapat membuat produksi ASI berkurang drastis atau terhenti sama sekali.
Dukungan yang kuat dari keluarga dan lingkungan sekitar, termasuk lingkungan kerja memegang peranan penting kesuksesan seorang ibu dalam proses menyusui.
Namun, kadang kala lingkungan sosial dan keluarga justru turut andil memberi tekanan kepada ibu sehingga membuatnya tidak nyaman secara psikologi dan dapat menghambat keberhasilannya memberi ASI.
Dokter Spesialis Anak Konsultan RSAB Harapan Kita Ariani Dewi Widodo mengatakan ketika seorang ibu merasa produksi ASI-nya mulai menurun atau bahkan terhenti sama sekali, selama dua minggu berturut-turut maka ibu perlu melakukan proses relaktasi.
“Dalam proses pemberian ASI ekslusif, seorang ibu harus terus berjuang. Meskipun produksi ASI nya menurun, dia dapat kembali meningkatkan ASI nya dengan relaktasi. Proses ini dapat mengembalikan supply ASI seperti semua agar bisa memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi,” tuturnya.