Bisnis.com, JAKARTA - Kecemasan sosial adalah sesuatu yang normal dan alami dialami oleh manusia. Itu adalah mekanisme yang membantu kita untuk menyadari bahaya agar bisa bertahan hidup.
Bahkan, setiap orang mengalami beberapa bentuk kecemasan sosial ringan sepanjang hidup mereka ketika dihadapkan pada situasi baru seperti pindah sekolah, memulai hubungan baru atau ketika melamar pekerjaan pertama mereka.
Definisi paling umum dari kecemasan sosial adalah rasa takut yang terus-menerus ketika berada dalam situasi sosial di mana seseorang seperti merasa diawasi gerak geriknya oleh orang lain, baik di dalam dunia nyata ataupun maya. Misalnya, tingkat kecemasan sosial yang ringan dapat menyebabkan seseorang kesulitan berkonsentrasi di tempat kerja, melakukan tes atau membuat orang merasa tegang saat bergaul secara langsung.
Fenomena kecemasan sosial telah diamati pada orang-orang di seluruh dunia, hal ini dapat terlihat berbeda tergantung pada konteks dan budayanya. Dalam konteks budaya Barat seperti di Amerika Serikat, fenomena kecemasan sosial cenderung muncul sebagai tindakan penarikan sosial dan rasa cemas yang timbul ketika diminta untuk berbicara dengan atau di depan orang lain.
Namun, dalam budaya Asia, kecemasan sosial sering muncul sebagai rasa malu, atau khawatir bahwa tindakan seseorang akan menyinggung orang lain. Di Cina dan negara-negara Asia lainnya, kecemasan sosial sering disebut sebagai ketakutan sosial yang berlebihan. Sebuah studi tentang kecemasan sosial di antara orang-orang Cina menunjukkan gejala unik, diantaranya adalah takut membuat orang lain merasa tidak nyaman atau memengaruhi mereka dengan cara yang tidak menguntungkan. Di Jepang dan Korea, ada Taijin Kyofusho (TKS), yang mengacu pada kekhawatiran untuk diamati atau menyinggung orang lain. Mereka yang memiliki TKS umumnya menghindari berbagai situasi sosial.5
Kecemasan sosial telah menjadi masalah utama bagi banyak kaum muda di seluruh dunia karena mereka dibebani dengan ekspektasi untuk berhasil. Kita juga hidup di masa di mana kondisi ekonomi dan sosial cenderung berubah, membuat kesuksesan menjadi semakin sulit untuk diwujudkan.
Munculnya media sosial telah menambahkan dimensi baru pada kecemasan sosial karena menawarkan kaum muda untuk mengukur pertemanan, melihat jaringan pertemananan orang lain sebagai perbandingan, dan memberikan informasi mengenai acara-acara yang berlangsung. Kaum muda tidak bisa untuk tidak membandingkan popularitas mereka sendiri dengan teman-teman sebayanya, dan terusmenerus merasa takut ketinggalan atau ‘fear of missing out’ (FOMO).
Saat ini, kecemasan sosial dapat menjadi mekanisme pertahanan hidup sosial, membantu kita menghindari situasi di mana kita rentan. Seorang individu yang mengalami terlalu banyak kecemasan sosial cenderung berwaspada secara berlebihan dan ini dapat meredam peluang mereka untuk melakukan yang terbaik dan mencapai tujuannya. Kecemasan sosial yang terlalu besar juga dikaitkan dengan hasil yang buruk, karena orang mungkin merasa 'beku' atau 'lumpuh', atau hanya merasa bahwa mereka tidak dapat melakukan halhal yang menunjukkan sisi terbaik dari diri mereka.
Misalnya, ketika berkaitan dengan kesan pertama, terlalu khawatir salah berbicara bisa membuat kita berbicara sangat sedikit, yang akan menjadi buruk jika itu menghentikan seseorang untuk bergaul dengan orang lain, mengurangi keinginan untuk bertemu kembali ke depannya. Ketakutan yang terus-menerus akan penolakan orang terhadap Anda ketika melakukan kesalahan terkecil dapat menjadi konsekuensi jangka panjang yang serius seperti isolasi sosial. Pola perilaku ini dapat meluas hingga dewasa dan bermanifestasi di berbagai sisi kehidupan kita. Berita baiknya adalah, kecemasan sosial dapat dicegah, dikurangi dan diatasi dengan cara mempertangguh diri.
Ketika membangun ketangguhan dalam diri seorang individu, kita sering berfokus untuk membangun kekuatan individu yang melibatkan pola pikir, sikap positif, dan kemampuan untuk bangkit kembali dari tantangan. Namun, ketangguhan saja tidak dapat menjelaskan mengapa beberapa orang bekerja dengan baik dan yang lain masih gagal ketika menghadapi stres dalam intensitas yang sama.
Menjadi tangguh melibatkan kualitas internal yang kuat seperti memiliki kemampuan memecahkan masalah dan pengaturan diri yang baik, kontrol diri yang kuat, kemampuan untuk belajar dari kesalahan masa lalu, dan membangun optimisme. Misalnya, ketika kita dihadapkan dengan situasi yang menimbulkan ketakutan pada diri kita dan kita mampu menanganinya dengan cara merefleksikan penyebab dari tantangan hidup yang kita hadapi. Hal ini membuat individu menjadi tangguh sehingga dapat untuk memutus siklus kekhawatiran yang tidak perlu.
Akan tetapi, ilmu baru tentang ketangguhan menunjukkan bahwa peluang untuk sukses sangat tergantung pada kualitas dukungan yang kita dapatkan dari keluarga, tetangga, teman, atasan, sekolah, dan bahkan program masyarakat yang ada ketika kita dihadapkan dengan tantangan yang tidak biasa dalam hidup kita. Ketika dunia di sekitar kita membantu memberikan yang terbaik dan membuka peluang untuk mewujudkan tujuan kita serta mendorong kita untuk berpikir positif, maka percayalah pada diri sendiri, dan ubahlah perilaku kita menjadi lebih baik, kita cenderung berani dan lebih sukses di kehidupan sehari-hari.
Ini sangat relevan bagi para kaum muda saat ini yang membutuhkan bantuan tetapi mungkin tidak tahu dimana dan bagaimana mendapatkan dukungan untuk belajar mengatasinya. Setidaknya ada tujuh aspek kehidupan kaum muda yang dikenal untuk membantu memelihara ketangguhan diri