Bisnis.com, JAKARTA - Sistem imun merupakan kumpulan sel dan banyak struktur biologis lainnya yang bertanggun jawab atas imunitas.
Sistem imun adalah pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen. Simpelnya, sistem imun merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Iris Rengganis menuturkan tubuh manusia harus memiliki sistem imun yang sehat sehingga mampu mengenali benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti bakteri, virus, parasit, jamur, dan lain-lain.
Fungsi mengenali benda asing itu menjadi penting karena sistem imun harus bisa membedakan mana kawan dan mana lawan. Kawan yang dimaksud di sini tak lain bakteri yang menguntungkan dan sel tubuh yang baik. Sementara lawan, semisal virus, bakteri, jahat, jamur, parasit, radikal bebas, dan sel-sel bermutasi yang bisa menjadi cikal bakal tumor bahkan kanker.
Sayangnya, sistem imun setiap orang tak semuanya baik-baik saja. Iris menuturkan, ada tiga jenis kegagalan sistem kekebalan tubuh.
Pertama, hypersensitivity yakni respons imun yang terlalu berlebihan.
Kedua, Immunodeficiency yakni ketika respons imun tidak efektif.
Ketiga, autoimmunity (Autoimun) yaitu kondisi sistem imun tidak mengenali mana yang menjadi kawan atau lawannya, sehingga menyerang tubuh sendiri. Kondisi ini merupakan salah satu yang harus diwaspadai.
Saat ini belum ada data akurat berapa jumlah penderita autoimun di dalam negeri. Marisza Cardoba Foundation, sebuah wadah pelayanan para pengidap autoimun hingga tahun lalu baru mencatat sekitar 5.000 orang. Akan tetapi, Iris memperkirakan jumlahnya bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan orang di seluruh penjuru Tanah Air.
Baca Juga Kenali Penyakit Lupus pada Perempuan |
---|
Iris menjabarkan, hingga kini penyebab sakit autoimun masih belum bisa terkonfirmasi dengan pasti. Hanya saja, ada beberapa faktor risiko yang berpengaruh yaitu genetik, lingkungan, dan endogen (kondisi di dalam tubuh).
Menurut Iris, autoimun merupakan salah satu penyakit yang berbahaya karena bisa menyerang seluruh bagian tubuh, mulai dari otak, tiroid, darah, tulang, otot, kulit, paru, dan lain sebagainya. Selain itu, sampai saat ini telah dikenali ada lebih dari 100 jenis penyakit autoimun.
Beberapa di antaranya yang paling banyak ditemukan adalah systemic lupus erythematosus. Penyakit ini menyebabkan seseorang mengembangkan antibodi yang justru menyerang hampir ke seluruh jaringan tubuh.
Ada juga rehumatoid arthritis, peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringannya sendiri. Radang sendi autoimun ini menimbulkan keluhan bengkak dan nyeri sendi dan sendi yang terasa kaku.
Jenis lainnya ialah psoriasis yakni penumpukan sel kulit dengan gejala bercak merah tebal dan bersisik yang tumbuh di bagian kepala, siku, dan lutut disertai rasa gatal dan nyeri.
“Autoimun ini berbahaya karena menyerang semua organ dari otak sampai kaki. Tetapi memang di Indonesia belum banyak orang tahu dan sadar tentang penyakit ini. Ini persoalan tersendiri, banyak pihak harus berperan aktif memberikan edukasi,” kata Iris.
Bahayanya lagi, ungkap Iris, penyakit autoimun ini tidak bisa sembuh. Meski begitu, bisa dilakukan antisipasi dengan mengetahui faktor risiko penyakit yang mungkin dimiliki seseorang agar tidak menjadi kronik.
Pemeriksaan Dini
Iris mengutarakan bahwa salah satu langkah yang bisa dilakukan ialah melakukan pemeriksaan berbasis gen. Sedangkan Product Manager Prodia Trilis Yulianti menegaskan bahwa pemeriksaan berbasis gen untuk mengetahui sistem imun (Immunerisk) merupakan langkah preventif.
Menurut Trilis, upaya pemeriksaan gen sistem imun berbeda dengan pemeriksaan lain pada umumnya yang digunakan sebagai langkah kuratif, “Tujuannya [pemeriksaan gen Immunerisk] adalah melakukan pengecekan untuk melihat kondisi gen yang dimiliki. Hasilnya akan menunjukkan kategori risiko penyakit berdasarkan profil gen seseorang, sehngga bisa dilakukan langkah pencegahan,” katanya.
Trilis menjabarkan, pemeriksaan Immunerisk mampu mendeteksi risiko seseorang terhadap tujuh jenis penyakit yang terkait dengan sistem imun. Tujuh penyakit itu terbagi dalam dua kategori, yakni penyakit kelompok autoimun dan kelompok alergi.
Ketujuh penyakit itu adalah:
- allergic rhinitis dan atopic dermatitis dalam kategori penyakit alergi
- rheumatoid arthritis, psoriasis, lupus, alpecia areata, dan vitiligo dalam kategori penyakit autoimun
Trilis menjabarkan bahwa pemeriksaan Immunerisk dilakukan menggunakan teknologi Microarray yang dapat mendeteksi 650 ribu variasi gen secara bersamaan dalam waktu yang cepat. Selanjutnya data akan diolah dan dikalkulasi menggunakan sistem bioinformatika.
“Pemeriksaan Immunerisk ini hanya perlu dilakukan satu kali karena gen seseorang tidak mengalami perubahan. Ini perlu untuk mengenali faktor risiko penyakit bawaan. Makanya pemeriksaan lebih dini akan jauh lebih baik,” ujarnya.